Sabtu, 26 Desember 2009

Menyongsong Fajar Persatuan Umat Islam






Menyongsong Fajar Persatuan Umat Islam
: Perspektif Ayatullah Khamenei

Potret Dunia Islam

Hari ini, dunia Islam masih berduka. Pesta pembantaian umat manusia yang digelar Amerika di Irak dan Afganistan belum lagi usai, genderang perang sudah kembali ditiupkan di Gaza dan Libanon Selatan. Umat Islam, bertubi-tubi harus menanggung penderitaan yang berkepanjangan. Berdasarkan hasil penelitian OBA[1] yang dikutip Harian Sore menyebutkan selama invasi Amerika di Irak, lebih dari sejuta warga Irak tewas, empat juta kehilangan tempat tinggal sedang hampir separuhnya telah mengungsi ke negara-negara tetangga. Muslim di Palestina, tentu saja mengalami nasib yang lebih buruk, para peneliti kesulitan menentukan angka korban secara pasti. Karena setiap harinya, jumlah korban terus melonjak. Demikian pula, Afganistan dan negara-negara lainnya.

Arah politik dunia, memang sedang tidak berpihak kepada umat Islam, terutama pasca peristiwa Sebelas September. Prediksi Hungtinton dalam bukunya Who Are We? menegaskan bahwa musuh baru Amerika adalah Islam, membuat para petinggi gedung putih sibuk merancang sebuah imperium baru bernama “Imperium Americanum” Ide ini, selanjutnya mengilhami mimpi Bush tentang peta baru Timur Tengah dan ternyata menjadi mimpi buruk dunia Islam, seperti disitir Sardar.

Dalam ranah ekonomi, dunia Islam juga masih harus menanggung kegetiran. Enam dari delapan negara-negara paling miskin di dunia adalah negara-negara Islam seperti Etiopia, Afghanistan, Somalia, Nigeria, Mozambiq dan Pakistan.[2] Jika dahulu, kelaparan memaksa negara-negara miskin menerima kolonialisasi dan penjajahan dari banga asing. Maka, hari ini, negara-negara miskin telah menggadaikan kedaulatan negaranya lantaran kewajiban hutang yang bertumpuk. Padahal, pada saat yang sama, dunia Islam mewarisi tiga perempat kekayaan mineral dan minyak dunia.

Di belahan dunia Islam yang lain, umat Islam saling berhadapan hanya karena perbedaan mazhab, partai maupun organisasi. Tak jarang, kondisi ini melahirkan pertumpahan darah. Ratusan, bahkan ribuan nyawa tak berdosa telah ditumbangkan atas nama Islam. Belum lagi, ditebarnya berbagai aliran Islam menambah kekisruhan arena panggung peradaban dunia Islam.
Ayatullah Khamenei dan Perjuangan Dunia Islam

Realitas yang terjadi pada umat Islam, tentu saja menyisakkan tanda tanya besar di kepala kita tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia Islam. Umat yang dahulu pernah menjadi imperium terbesar di dunia, menaklukan Persia dan Romawi. Umat yang pernah memimpin di berbagai bidang pengetahuan mulai dari teologi, filsafat, kimia, matematika, astronomi, kedokteran sampai obat-obatan. Bahkan, umat yang pernah mengilhami kemajuan Eropa hari ini.

Jauh hari, para cendikiawan muslim semisal Jamaluddin, Abduh dan Iqbal menangkap kekhawatiran ini dan mulai meniupkan ide persatuan Islam. Meski berbeda metode, ketiganya terilhami oleh semangat Pan Islamism yang mencuat abad ke sembilan belasan.[3] Sayangnya, perjuangan mereka belum menemukan simpulnya sampai api revolusi Islam Iran berpijar.

Bola-bola api itu lalu berhamburan ke seluruh penjuru dunia menyiratkan kebangkitan baru dunia islam. Khomeini, menjadi lokomotif dalam gerakan Islam selanjutnya. Keberaniannya menentang para tiran, mengobarkan dada para pemuda muslim di berbagai belahan dunia. Tiba-tiba, dunia dikejutkan oleh sekelompok pemuda Libanon yang mampu memukul mundur Israel. Dunia juga tercengang oleh lemparan batu para pemuda di sudut-sudut Palestina. Di belahan lain, jutaan umat Islam mulai terbuka kesadarannya.

Tetapi, jumlah itu belum sebanding dengan mayoritas muslim yang ada. Masih banyak umat yang tertidur, padahal tantangan ke depan semakin besar. Perjuangan mengangkat martabat muslim masih panjang dan api kebangkitan Islam harus terus berkorbar. Maka, setelah sang guru mangkat, kini Khamenei yang bertugas melanjutkan misi persatuan umat.

Ayatullah Khamenei, tidak kalah serius dari gurunya dalam menyerukan nilai-nilai persatuan. Beberapa tahun pra Revolusi, saat beliau diasingkan di Propinsi Baluchestan, beliau menggagas upaya persatuan bersama Almarhum Maulavi Shahdad, seorang ulama besar Khuzestan. Beliau mengirim pesan kepada almarhum untuk membahas dan merumuskan asas persatuan hakiki antara Sunni dan Syiah. Rencana itupun, akhirnya terealisir setelah revolusi.

Pasca Revolusi, Ayatullah Khamenei semakin gigih memperjuangan persatuan Islam. Beliau sendiri pernah menghadiri konferensi interasional yang dihadiri oleh negara-negara anggota Gerakan Non-Blok dan negara Islam. Saat itu, mayoritas negara tidak berani menyinggung masalah pendudukan Soviet terhadap Afganistan. Hanya pidato beliau, sebagai wakil dari Iran, yang bernada tegas mengkritik AS dan Uni Soviet.

Pada Tahun 1969 Hs, Ayatullah Khamenei memprakarsai berdirinya Majma Takrib Baina al-Mazhab al-Islamiyah, sebuah lembaga yang bertujuan melakukan pendekatan kepada berbagai kelompok Islam. Terutama, mencari titik persamaan antara kelompok Syiah dan Ahli Sunnah. Setiap tahunnya, lembaga ini mengundang berbagai tokoh agama dari berbagai aliran Islam di dunia.

Di samping kiprah tersebut, Ayatullah Khamenei dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya persatuan dunia Islam. Pada setiap musim haji, pesan persatuan tak pernah absen disampaikan kepada para jamaah yang datang dari seluruh penjuru dunia. Lebih dari itu, beliau secara khusus mencanangkan tahun ini, sebagai tahun kesatuan nasional dan persatuan Islam. Dengan menyaksikan potret dunia Islam yang terjadi saat ini, tentu saja ide tersebut menjadi sedemikian urgen.

Dari sinilah, penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran beliau terkait dengan ide-ide persatuan Islam. Konsep persatuan dalam pandangan Ayatullah Khamenei didekati melalui qualitative approach dengan metode content analysis. Dalam hal ini, penulis akan menelaah berbagai naskah pidato serta pesan beliau yang berkenaan dengan tema persatuan, kemudian dianalisis dan diinterpretasi.[4]
Persatuan Islam: Melacak Arti dan Acuan

Secara leksikal, persatuan merupakan gabungan dari beberapa bagian.[5] Persatuan bisa memiliki dua arti, hakiki maupun metaforis. Bersatu secara hakiki adalah meleburnya dua unsur menjadi satu. Dalam realitasnya, persatuan ini mustahil untuk terwujud. Sedangkan secara metaforis, bersatu adalah perubahan dari satu unsur kepada unsur lainnya. Misalnya, perubahan air menjadi uap.

Dalam ranah politik, persatuan mengandung pengertian bersatunya dua atau lebih kelompok atau negara dengan menerima persamaan undang-undang politik, ekonomi dan keamanan.[6] Maka, persatuan Islam berarti bersatunya berbagai kelompok Islam dengan mengedepankan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.

Dalam al-Qur’an, makna persatuan dapat dilacak dalam berbagai terma, misalnya: perdamaian, saling berpegang teguh, saling tolong-menolong, saling berhubungan, persaudaraan, kasih sayang, umat yang satu dan sebagainya.[7]

Al-Qur’an menggambarkan persatuan dari berbagai sisi.

Pertama, Qur’an mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia.[8] Sejak umat pertama tercipta dan menghuni dunia, saat itu pula keinginan untuk bersatu muncul. Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan serta mengurangi berbagi kesulitan, saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Tetapi, karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan peperangan.

Kedua, Qur’an menjelaskan bahwa salah satu tugas kenabian adalah meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat serta mengembalikannya kepada seruan Qur’an.[9] Ketiga, Qur’an menyebutkan tentang dampak dan pengaruh persatuan. Misalnya, dengan persatuan, umat Islam akan mencapai kemenangan serta kemuliaan.[10] Selain itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam al-Qur’an.

Adapun riwayat yang menuturkan tentang persatuan, jumlahnya cukup banyak, baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah dengan derajat mutawatir. Misalnya, hadist yang menjelaskan bahwa suatu hari Rasul Saw bersabda: Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan yang satu sama lain saling membutuhkan. Pada saat itu, Nabi Saw mengisyaratkan pada jari-jarinya.[11]
Tujuan Persatuan Islam: Kejayaan Umat

Sebuah ide, gagasan atau konsep, dapat terealisasikan secara baik, jika disertai tujuan yang mulia sekaligus universal. Demikian pula gagasan persatuan Islam yang digulirkan Ayatullah Khamenei, menyiratkan tujuan yang luhur, sebagaimana ditegaskannya:

Jika kaum Muslimin saling bahu-membahu dan mengasihi, meskipun satu sama lain berbeda keyakinan, dengan syarat tidak menjadi kendaraan musuh, maka dunia Islam akan mencapai kejayaan. Pada saat itulah, Amerika dan sekutunya tidak akan berani menjejakkan kaki di negeri Muslim, mendirikan pangkalan militer apalagi mengancam umat Islam.[12]

Dalam pesan tersebut, kejayaan Islam menjadi tujuan luhur yang tentunya juga menjadi cita-cita seluruh umat muslim di dunia. Dalam pernyataan yang lain, beliau menyebutkan bahwa tujuan itu dapat tercapai, jika seluruh negara Islam bekerjasama dengan baik.[13]
Melacak Akar Perpecahan

Ayatullah Khamenei sepenuhnya menyadari bahwa fenomena yang hari ini menimpa dunia Islam, akibat perpecahan di tubuh kaum Muslimin. Dalam pandangan beliau, terdapat berbagai faktor yang memicu perpecahan umat, baik dalam konteks internal maupun eksternal.

Secara internal, sebagian umat Islam, disadari atau tidak turut menyumbangkan terjadinya perpecahan, diantaranya adalah ketidaktahuan dan kebodohan. Karena faktor itu pula, mereka mengkafirkan sesama muslim. Rahbar, dalam salah satu pernyataannya menjelaskan:

Saat ini, sebagaian kalangan, karena pemikiran yang dangkal serta berbagai alasan yang tak mendasar, menuding mayoritas kaum Muslimin sebagai musyrik, bahkan sampai menghalalkan darah. Mereka, sadar atau tidak, tengah bekerja untuk kepentingan syirik, kekufuran serta kekuatan-kekuatan zalim.[14]

Di samping kebodohan, diabaikannya nilai-nilai moral merupakan faktor lain yang melemahkan persatuan. Disusul faktor-faktor seperti pemisahan agama dan politik, adanya jarak dengan Islam sejati serta keyakinan yang tidak disertai perbuatan, menjadi penyumbang perpecahan umat berikutnya.

Pada skala eksternal, imperialisme memiliki pengaruh kuat dalam melahirkan perpecahan di dunia Islam, baik imperialisme model klasik maupun neo imperialisme. Pasca perang dunia kedua, negara-negara bekas jajahan, termasuk negara Islam, harus menelan konflik lokal yang cukup parah. Saat inipun, para penjajah terus menghembuskan perpecahan di negara-negara muslim dengan menggunakan isu etnis, mazhab maupun partai.

Ayatullah Khamenei, dalam berbagai kesempatan menyebutkan keculasan para penjajah dalam mengobarkan perseteruan di tengah umat. Beliau menyebutkan bahwa pada saat berbagai negara dan para pemimpin dunia berkonsentrasi menyerukan perdamaian, para penjajah malah berupaya keras mematahkan persatuan berbagai bangsa, terutama umat Islam.[15]

Pada kesempatan lain, Ayatullah Khamenei menjelaskan berbagai perangkap yang digunakan kaum Imperialis untuk melemahkan posisi umat Islam, sebagaimana pernyataannya:

Kekuatan penuh Barat, menggunakan berbagai cara seperti budaya, ekonomi, politik dan keamanan untuk melemahkan berbagai negara serta umat Islam. Di samping juga, melakukan pembodohan, perpecahan serta kemiskinan[16]
Merintis Jalan Persatuan: Tinjauan Holistik

Ketika menyaksikan kondisi dunia Islam yang terjadi saat ini, umat sudah sangat menantikan berbagai pencerahan. Ayatullah Khamenei, dalam berbagai pidato dan pesan yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan, mengemukakan sejumlah format persatuan yang cukup komprehensif. Dari hasil analisis penulis, setidaknya ada empat format penting dalam merintis jalan persatuan dunia Islam.

Pertama, memperkuat basis spiritualitas. Perjalanan menuju persatuan umat, membutuhkan nafas panjang. Maka menurut Ayatullah Khamenei, setiap umat harus kembali menata pandangan dunianya masing-masing. Setiap gerakan, aksi atau rencana apapun harus mengambil inspirasi dari nilai-nilai tauhid dan kenabian.[17] Setiap umat, harus kembali memperbaiki ketakwaan serta memetik pelajaran Ahklakul karimah dari Qur’an dan sang Nabi suci.

Kedua, menyiapkan dua sarana persatuan umat, kesadaran dan kasih sayang. Menurut Ayatullah Khamenei, untuk membentuk barisan umat yang bersatu diperlukan dua sarana vital yaitu kesadaran dan kasih sayang. Umat Islam, terlebih dahulu perlu menyadari bahaya musuh yang sedang mengancam dan bersikap tegas terhadap mereka. Dalam salah satu pernyataanya, beliau menegaskan:

Seluruh umat Islam di dunia harus lebih waspada menghadapi rencana dan konspirasi musuh-musuh Islam untuk memecah belah kaum muslimin dan terjadinya konflik berdarah sesama umat. Saat ini, musuh di Irak, Palestina, Libanon dan di setiap tempat di dunia Islam sedang berusaha menyulut peperangan saudara antar sesama Muslim. Mereka mempergunakan berbagai macam isu seperti mazhab, etnis, partai politik dan lain-lainnya untuk menggerakkan kaum Muslimin agar saling berhadap-hadapan dan saling bunuh.[18]

Pada sisi lain, umat dibimbing untuk saling mengasihi sesama muslim. Karena, dengan menebar kasih pada sesama Muslim, umat akan tergiring untuk saling menghormati serta tidak saling mencaci.[19] Lebih dari itu, kasih sayang juga dapat mengurangi berbagai ketegangan di tengah umat Islam. Sehingga, agenda persatuan lainnya akan dapat terealisasikan secara baik.

Ketiga, mengoptimalkan sinergi seluruh komponen umat. Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, untuk mewujudkan cita-cita persatuan dunia Islam, diperlukan sinergi dari seluruh komponen umat, baik dari kalangan intelektual muslim, tokoh agama, politikus, negarawan, ilmuan, maupun budayawan. Tugas para intelektual adalah mengkaji kembali berbagai isu-isu kontemporer dalam bingkai Islam seperti: hak asasi manusia, kebebasan dan demokrasi, hak-hak perempuan, diskriminasi, memerangi kemiskinan dan keterbelakangan pengetahuan serta membongkar kedok media Barat.[20] Adapun, para politikus serta negarawan di negara-negara Islam harus berani mengambil kebijakan yang bersandar pada kemandirian bangsa serta menolak segala ketergantungan pada kaum Imperialis.[21] Demikian pula, seluruh umat harus bekerja keras dalam bidangnya masing-masing.[22]

Keempat, mengusung agenda yang jelas dan berkesinambungan. Gagasan persatuan umat, harus disertai dengan berbagai agenda yang menjadi persoalan dunia Islam dewasa ini. Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei menyiapkan sejumlah tawaran agenda bersama umat Islam. Pertama, memperjuangkan keluarnya tentara asing dari Irak dan Afganistan serta mendukung berdirinya negara yang berdaulat penuh pada kedua negara tersebut. Kedua, Melindungi nyawa, harta, kemuliaan serta kebebasan rakyat Palestina secara materi maupun moral. Ketiga, mengumandangkan syiar-syiar Islam ke seluruh penjuru dunia. Keempat, merekatkan para pemimpin Islam serta menyelesaikan perselisihan diantara mereka. Kelima, berperan aktif dalam OKI dan mengkritisi kembali kebijakan hak veto.[23] Keenam, memanfaatkan momentum hari-hari besar Islam, sebagai upaya menggalang persatuan Islam, seperti Haji, Maulid Nabi dan Asyura.
Penutup: Menyongsong Masa Depan Dunia Islam

Jika hari ini, kita masih mendengar tangisan anak-anak di Palestina, masih menyaksikan kelaparan di Mozambiq atau kita masih berduka untuk Irak, Afganistan, Pakistan dan Tanah Islam lainnya, maka esok hari kita akan menyaksikan ketumbangan kaum imperialis. Dengan optimisme dan persatuan, masa depan dunia Islam akan kembali gemilang. Selamat menyongsong masa depan Islam!

Senin, 21 Desember 2009

Bid'a dibulan Muharram


Bulan Muharam adalah bulan yang muliah. Namun demikian, tak banyak kaum Muslim yang tau bagaimana memperlakukannya. Bahkan lebih banyak salah memahaminya. Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dalam masalah Bulan Muharam.

Pertama, Bulan Muharram Adalah Bulan Yang Mulia

Bulan Muharram adalah bulan yang mulia, hal itu dikarenakan beberapa hal:

1. Bulan ini dinamakan Allah dengan “ Syahrullah “, yaitu bulan Allah. Penisbatan sesuatu kepada Allah mengandung makna yang mulia, seperti “ Baitullah “ ( rumah Allah ), “Saifullah” ( pedang Allah ), “ Jundullah” ( tentara Allah) dan lain-lainnya. Dan ini juga menunjukkan bahwa bulan tersebut mempunyai keutamaan khusus yang tidak dimilili oleh bulan-bulan yang lain.

2. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan yang dijadikan Allah sebagi bulan haram, sebagaimana firman Allah swt :

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :

“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Bulan ini dijadikan awal bulan dari Tahun Hijriyah, sebagaimana yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa khalifah Umar bin Khattab ra. Tahun Hijriyah ini dijadikan momentum atas peristiwa hijrah nabi Muhammad saw.

Kedua, Pada Bulan ini Disunnahkan Untuk Berpuasa

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan di dalamnya untuk berpuasa, bahkan merupakan puasa yang paling utama sesudah puasa pada bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Hurairah ra, di atas. Hadist di atas menunjukkan bahwa Rasulullah saw menganjurkan kaum Muslimin untuk melakukan puasa sebanyak-banyaknya pada bulan Muharram. Tetapi tidak dianjurkan puasa satu bulan penuh, hal itu berdasarkan hadist Aisyah ra, bahwasanya ia berkata : “Saya tidak pernah melihat sama sekali Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau berpuasa paling banyak pada suatu bulan, kecuali bulan Sya’ban. “( HR Muslim )

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana Rasulullah saw menyebutkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling mulia sesudah Ramadhan, padahal beliau sendiri lebih banyak melakukan puasa pada bulan Sya’ban dan bukan pada bulan Muharram ? Jawabannya : Para ulama memberikan beberapa alasan, diantaranya bahwa Rasulullah saw belum mengetahui keutamaan bulan Muharram kecuali pada detik-detik terakhir kehidupan beliau, sehingga belum sempat untuk berpuasa sebanyak-banyaknya, atau mungkin adanya udzur syar’I yang menghalangi beliau untuk memperbanyak puasa pada bulan tersebut, seperti banyak melakukan perjalan jauh (safar) atau udzur-udzur yang lain.

Puasa bulan Muharram ini berdasarkan hadist di atas adalah puasa yang paling utama dalam sesudah Ramadhan dalam satu bulan. Sedangkan puasa Arafah adalah puasa yang paling utama sesudah Ramadhan bila dilihat dari sisi hari.

عن أبي هريرة t قال : قال رسول الله r : ( أفضلُ الصيام بعد رمضان شهرُ الله المحرم ، وأفضلُ الصلاة بعد الفريضة صلاةُ الليل )

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim)

Ketiga, Bulan Muharram terhadap Hari Asyura’

Hari Asyura’ artinya hari kesepuluh dari bulan Muharram. Pada hari itu dianjurkan untuk berpuasa, sebagaimana yang tersebut di dalam hadist Ibnu Abbas ra berkata : “ Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’, maka beliau bertanya : "Hari apa ini?”. Mereka menjawab :“Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, oleh karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda : "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“ . Maka beliau berpuasa dan memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa.”(HR Bukhari dan Muslim)

Bagaimana cara berpuasa pada hari Asyura ? Menurut keterangan para ulama dan berdasarkan beberapa hadist, maka puasa Asyura bisa dilakukan dengan empat pilihan : berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram, atau berpuasa pada tanggal 10 dan 11 Muharram atau berpuasa pada tanggal 9,10, dan 11 Muharram, atau berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, tetapi yang terakhir ini, sebagian ulama memakruhkannya, karena menyerupai puasanya orang-orang Yahudi.

Cara berpuasa di atas berdasarkan hadist Ibnu Abbas ra, bahwasanya ia berkata : Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan memerintahkan kaum Muslimin berpuasa, para shahabat berkata : "Wahai Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan.“ (H.R. Bukhari dan Muslim).

Begitu juga hadist Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari Asyura’, dan berbuatlah sesuatu yang berbeda dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“ ( HR Ahmad dan Ibnu Khuzaimah ) Dalam riwayat Ibnu Abbas lainnya disebutkan : “Berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.“

Apa keutamaan puasa pada hari Asyura’ ini ? Keutamaannya adalah barang siapa yang puasa dengan ikhlas pada hari Asyura’ tersebut, niscaya Allah swt akan menghapus dosa-dosanya yang telah dikerjakan selama satu tahun sebelumnya, sebagaimana yang tersebut di dalam hadist Abu Qatadah ra, bahwasanya seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang puasa ‘Asyura’, maka Rasulullah saw menjawab : “ Saya berharap dari Allah swt agar menghapus dosa-dosa selama satu tahun sebelumnya. “ ( HR Muslim )

Dosa-dosa yang dihapus disini adalah dosa-dosa kecil saja. Adapun dosa-dosa besar, maka seorang Muslim harus bertaubat dengan taubat nasuha, jika ingin diampuni oleh Allah swt.

Adapun hikmah puasa Asyura’ adalah sebagai bentuk kesyukuran atas selamatnya nabi Musa as dan pengikutnya serta tenggelamnya Fir’aun dan bala tentaranya, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Ibnu Abbas di atas.

Keempat, Kekeliruan dalam menghadapi Bulan Muharram

Di dalam menghadapi Tahun Baru Hijriyah, sebagian kaum Muslimin mengerjakan beberapa amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw, maka hendaknya kekeliruan tersebut bisa dihindarkan dari kita. Diantara kekeliruan tersebut adalah :

1. Menjadikan tanggal 1 bulan Muharram sebagai hari raya kaum Muslimin, mereka merayakannya dengan cara saling berkunjung satu dengan yang lainnya, atau saling memberikan hadiah satu dengan yang lainnya, bahkan sebagian dari mereka mengadakan sholat tahajud dan doa’-do’a khusus pada malam tahun baru. Padahal dalam Islam hari raya hanya ada dua, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Hal itu sesuai dengan hadist Anas bin Malik ra, bahwasanya ia berkata : “Rasulullah saw datang ke kota Madinah, pada waktu itu penduduk Madinah merayakan dua hari tertentu, maka Rasulullah saw bertanya: Dua hari ini apa ? Mereka menjawab: “Ini adalah dua hari, dimana kami pernah merayakannya pada masa Jahiliyah. Maka Rasulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya Allah swt telah menggantikannya dengan yan lebih baik: yaitu hari raya Idul Adha dan hari raya Idul Fitri. (HR Ahmad, Abu Daud dan Nasai )

Begitu juga, merayakan tahun baru adalah kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka kaum Muslimin diperintahkan untuk menjauhi dari kebiasaan tersebut, sebagaimana yang terdapat dalam hadist Abu Musa Al Asy’ari bahwasanya ia berkata : “Hari Asyura adalah hari yang dimuliakan oleh Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya.” Dalam riwayat Al-Nasai dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda, “Bedalah dengan Yahudi dan berpuasalah kalian pada hari Asyura.”

2. Menjadikan tanggal 10 Muharram sebagi hari berkabung, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah Rafidhah. Mereka meratapi kematian Husen bin Ali yang terbunuh di Karbela. Bahkan sejak Syah Ismail Safawi menguasai wilayah Iran, dia telah mengumumkan bahwa hari berkabung nasional berlaku di seluruh wilayah kekuasaannya pada tanggal 10 hari pertama bulan Muharram. Ritual meratapai kematian Husen ini dilakukan dengan memukul tangan-tangan mereka ke dada, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyabet badan mereka dengan pisau dan pedang hingga keluar darahnya, dan sebagian yang lain melukai badan mereka dengan rantai.



3. Menjadikan malam 1 Muharram untuk memburu berkah dengan berbondong-bondong menuju kota Solo dan menyaksikan ritual kirab dan pelepasan kerbau bule, yang kemudian mereka berebut mengambil kotorannya, yang menurut keyakinan mereka bisa menyebabkan larisnya dagangan dan membawa berkah di dalam kehidupan mereka. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan syirik dan bid’ah dan menunjukkan kita kepada jalan yang lurus.

Rabu, 16 Desember 2009

Kekuatan Terpendam "Kekuatan Hati"


Dalam berbagai training dan seminar motivasi, seringkali para motivator mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif. Dalam berbagai tulisan, artikel dan buku-buku motivasi, para motivator dan penulis juga mengajarkan kita berpikir positif untuk meraih kesuksesan. Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Memang, tidak diragukan lagi, kalau kekuatan pikiran positif ini dan membawa manusia pada kesuksesan dalam meraih tujuannya. Mereka yang dapat mengarahkan pikirannya selalu kearah positif, maka diyakini bahwa hasilnya adalah sesuatu kehidupan yang positif juga.

Meskipun demikian, kita sebagai manusia yang memiliki keyakikan keimanan kepada Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.

Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam " built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.

Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua yang hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya.

Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat dalam membawa manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan. Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.

Hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena Hati adalah tempat bersemayamnya Iman, dengannya kita bisa berkomunikasi dengan sang Khaliq. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang dilandasi kejernihan hati dapat menjadikan hubungan yang lebih sehat, baik dan konstruktif dengan siapapun. Karena hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati. Hubungan dengan manusia akan terasa menyenangkan, menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian akan semakin banyak orang lain yang akan memberikan dukungan bagi kesuksesan kita.

Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang. Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan.

Namun, berbagai godaan kehidupan modern seringkali dapat mengotori kejernihan hati. Sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara dan berbagai emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati dapat menjadikan kejernihan hati terbelenggu, Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan kehidupan spiritual umat manusia. Kalau dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati dan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidak seimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Lantas bagaimana agar kita dapat menjaga kejernihan hati dalam kehidupan modern ini ? Bagaimana dapat memelihara kejernihan hati sehingga cahayanya dapat memancar ke permukaan ? Buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi" karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex Media Komputindo, mengajarkan bagaimana menjaga kejernihan hati. Buku ini secara runtut membahas bagaimana proses penjernihan hati sampaimengaktifkan kekuatan hati. Sebagaimana komentar dari Dr. Muhammad Syafii Antonio, Chairmain Tazkia Business School yang mengatakan, "Buku ini dengan sangat baik mempetakan berbagai pola hidup yang melupakan hati, kemudian berusaha untuk menemukan suara hati yang murni lantas memberdayakannya. Jika hati sudah terberdayakan maka akan terciptalah revolusi diri dan revolusi kehidupan yang pada gilirannya revolusi ummat, berhijrah kearah yang lebih baik."

Sahabat semuanya, Jangan hanya mengandalkan kekuatan pikiran semata, tetapi dengarkanlah suara hati nurani Anda. Jadikanlah hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan. Berusahalah menagah kejernihan hati, agar rahmat dan berkah dari Allah senantiasa mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri kita. SEMOGA BERMANFAAT.

Senin, 14 Desember 2009

Menyalahkan Diri Sendiri Untuk Memotivasi Diri

Semua orang pernah gagal, tapi dari semua orang itu hanya sedikit yang tahu cara mengubahnya menjadi Kesuksesan. Lalu kenapa ada yang bisa bangkit dan ada banyak yang menyerah. Jawabannya mudah! Karena yang mampu bangkit adalah mereka yang mau mengakui kesalahan pada diri mereka.

INGAT INI BAIK-BAIK!

Teknik Motivasi terbaik untuk bangkit dari kegagalan adalah dengan cara menyalahkan diri sendiri.

Memang benar kegagalan maupun keberhasilan seseorang PASTI juga di tentukan oleh orang lain. Tapi 90% kontribusinya tetap pada diri anda. Artinya walaupun semua orang yang ada di dunia ini membantu, tapi jika tidak segera berubah! SELAMANYA ANDA TETAP GAGAL.

Bahkan Tuhan tidak akan pernah menolongmu, jika tidak sesegera mungkin melakukan PERUBAHAN.

Camkan Ini baik-baik : Bersyukurlah karena anda telah melakukan kesalahan. Karena dengan kesalahan itulah anda segera belajar untuk tidak mengulanginya lagi. Dan ini akan memotivasi diri untuk segera menghadapi tantangan selanjutnya. PASTI akan terasa lebih MUDAH karena anda memang mempunyai motivasi belajar dari kesalahan.

Jika ini benar-benar dilakukan “Memotivasi diri dari kesalahan“. Saat tujuan telah tercapai anda tidak akan merasa telah bekerja keras, tapi sebaliknya malah seolah-olah merasa telah bersenang-senang .

YA! memotivasi diri untuk selalu mencari kesalahan dan kemudian mengenal diri sendiri untuk memperbaiki kesalahan itu adalah teknik motivasi yang harus anda camkan BAIK-BAIK.

TENTU BUKAN mencari-cari kesalahan diri sendiri. Biarlah secara alami saat melakukan usaha anda menemukan kesalahan itu. BERSYUKURLAH! karena dengan kesalahan itu ANDA BISA langsung memperbaiki dan meninggalkan pesaing-pesaing anda.

Jumat, 11 Desember 2009

Berjama'ah Didalam Dakwah

Kesadaraan berjamaah adalah masalah yang sangat penting bagi umat Islam. Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia cintai dirinya sendiri. Pada peristiwa hijrah ke Madinah, salah satu hal yang pertama sekali dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah menghubungkan kaum Anshar dan Muhajirin dalam ikatan tali persaudaraan. Si fulan bersaudara dengan si fulan, keduanya bertanggung jawab untuk memastikan kebutuhan hidup saudaranya terpenuhi. Aktifis dakwah pun dibiasakan untuk saling menyapa dengan sebutan “akhi” dan “ukhti” untuk mengingatkan bahwa mereka semua bersaudara.

Uzlah (menyendiri) tidak pernah jadi opsi utama bagi Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Rasulullah saw. hanya sering menyendiri ke Gua Hira menjelang turunnya wahyu pertama. Justru wahyu-wahyu awal itulah yang kemudian memberi instruksi tegas kepada beliau untuk menyingsingkan lengan baju dan terjun ke masyarakat untuk berdakwah.

Seketika mengucap syahadatain, ketika itulah kita lepas dari kesendirian. Kita tidak lagi sendiri-sendiri. Urusan kita adalah urusan seluruh umat Muslim di dunia, dan urusan mereka adalah urusan kita. Tidak ada individualisme dalam Islam. Kalau kaya, harus ingat pada yang miskin. Kalau kenyang, harus diingatkan pada yang lapar. Kalau membuat makanan, bagikanlah juga kepada tetangga. Kalau ada yang sakit, jenguklah. Kalau ada yang wafat, shalatkanlah. Kalau tidak ada yang mau menshalatkannya, maka berdosalah seluruh umat.

Itulah sebabnya ketika ada seorang sahabat mangkir dari panggilan jihad, kemudian ia mengakui bahwa sikapnya itu bukan didasari oleh alasan-alasan yang syar’i, maka Rasulullah saw. menetapkan hukuman boikot, yang terbukti sangat ampuh. Orang yang tadinya hidup dalam kehangatan ukhuwwah bersama Rasulullah saw. tiba-tiba saja dilemparkan kembali pada kehidupan jahiliyyah yang mengabaikan urusan orang lain. Orang-orang tidak lagi menyapanya, tidak lagi menjabat erat tangannya, tidak lagi bertanya kabarnya, tidak lagi bertamu ke rumahnya. Tapi hukuman ini lebih berat lagi baginya, karena ia tidak disuruh pergi mengasingkan diri. Ia dibiarkan tinggal di rumahnya dan ‘menonton’ bagaimana para sahabat berinteraksi setiap harinya. Kehangatan ukhuwwah itu hanya untuk dilihat olehnya, namun tidak untuk dirasakannya sendiri. Ia benar-benar dibuat sendiri.

Hukuman itu sangat efektif bagi orang yang sudah mengecap lezatnya ukhuwwah. Bagi yang sudah tahu nikmatnya berjamaah, tentu tak mau hidup sendiri lagi. Betapa ganjilnya orang yang memiliki kesempatan untuk membina ukhuwwah, namun ia memutuskan untuk mencabik-cabiknya dan hidup sendiri selamanya.

Yang seperti ini bukannya tidak ada, bahkan ia ada di tengah-tengah umat Islam sendiri. Sementara dakwah Rasulullah saw. mengeluarkan orang dari kesendiriannya menuju amal jama’i, sebagian pengikutnya justru percaya sebaliknya.

Kesendirian (atau lebih tepatnya penyendirian) adalah salah satu ciri khas dakwahnya aliran-aliran sesat. Untuk ‘mengaji’ harus sembunyi-sembunyi, meskipun keadaan memungkinkannya untuk berdakwah secara terbuka. Orang lain tak boleh tahu, bahkan orang tua sendiri. Kalau orang tua tidak mendukung, maka kafirlah mereka. Harta orang tua adalah hartanya sendiri, dan kita tak ada kepentingan atasnya. Karena itu, boleh diambil saja demi kepentingan dakwah. Dunia mau hancur, moralitas umat rusak berantakan, terserah. Itu urusan masing-masing!

Lain lagi kesendiriannya orang-orang nyeleneh. Mereka senantiasa merasa dirinya single fighter; tidak punya ikatan dengan para pendahulunya. Sejarah bagi mereka hanyalah arkeologi, bukan hikmah; kerjanya mencari makam raja-raja dan peninggalan peradaban yang sudah punah. Mereka tidak tertarik pada pengalaman orang-orang di masa lampau dan peninggalan pemikirannya. Ramai orang berdebat tentang hal-hal yang sudah dibicarakan sejak dahulu, seolah-olah bangunan pemikiran umat harus dileburkan hingga ke pokok pondasinya. Belum lama ini, mahasiswa sosiologi IAIN Sunan Ampel, Surabaya, mengadakan sebuah seminar sebagai tugas kuliahnya. Seminar itu pada intinya mendukung homoseksualitas, lengkap dengan pendapat para pelakunya dengan sharing pengalamannya yang cukup vulgar. Hebohlah dosen-dosen mereka menyatakan dukungannya; hadits ini dhaif, penafsiran ayat Al-Qur’an yang ini belum jelas, kaidah yang itu masih diperdebatkan dan seterusnya. Ulamakah yang lalai mewariskan ilmu, ataukah anak-anak muda ini yang tidak merasa diwarisi?

Di kalangan aktifis dakwah sendiri pun ternyata ada fenomena kesendirian ini. Merekalah orang-orang yang menutup mata terhadap adanya perbedaan pendapat diantara ulama dan kemungkinan terjadinya perbedaan tersebut. Al-Ghazali mengutip hadits dhaif, tiba-tiba saja semua pemikirannya nampak seolah tak berharga. Istri dan anak seorang ulama tak berjilbab, seolah-olah terlupakanlah semua jasanya. Ulama yang berjuang melalui demokrasi sekonyong-konyong dituduh sebagai penyembah thaghut dan sistem kufur. Semua dosa bagaikan syirik yang bisa menghapus seluruh amal baik, sedangkan perdebatan dalam masalah-masalah tertentu malah diabaikan sama sekali.

Merekalah yang berjalan sendiri-sendiri. Saudaranya ada dimana-mana, tapi ia tak merasa bersaudara dengan mereka. Mau saling menjenguk rasanya berat, karena beda harakah. Mau bertanya kabar tapi enggan, karena ia adalah anggota partai politik. Mau bicara baik tentang si fulan tapi ragu-ragu, karena walaupun si fulan orang baik, tapi istrinya tak berjilbab.

Sudah di surga, tapi minta ke neraka. Ditawari ukhuwwah, tapi rindu kehidupan jahiliyyah.

Rabu, 02 Desember 2009

Yang lebih Hebat dari Spiderman




Yup, pernah lihat film Spiderman kan? Dalam film itu dikisahkan Peter Parker seorang pemuda yang secara fisik dia culun ,lemah dan "tidak bisa berkelahi". Pada suatu hari dia dan teman-temannya melakukan study tour ke pusat penelitian laba-laba. Tanpa sengaja dia tergigit laba-laba yang terlebas dari "kandangnya". Ternyata laba-laba itu sebelumnya telah terkena sinar ,semacam sinar radio aktif. Sampai di rumah si Paker merasakan tubuhnya sakit, demam, pusing, nyeri. Ternyata dalam tubuhnya, kromosom dan gennya telah berinteraksi dengan zat yang masuk dari gigitan laba-laba tadi.

Yup, betul sekali karena berinteraksi dengan zat tersebut kromosom manusianya menjadi kromosom bentuk lain.Wal hasil, esok paginya Paker mendapati tubuhnya menjadi berotot dan matanya tidak lagi minus. Kemudian dia pun bisa lari lebih cepat dari biasanya, lompatannya juga lebih tinggi. Sampai di sekolah dia hendak dihajar oleh temannya, tapi apa yang terjadi? Parker yang culun itu bisa menghindari serangan si teman dengan mudah bahkan dapat balik menghajarnya. Lanjut cerita dia bisa manjat dinding dan mengeluarkan jaring sampai akhirnya dia menjadi SPIDERMAN sang pahlawan superhero yang namanya dikenal setiap orang dan ditakuti penjahat.

Wow keren ya, tapi ternyata kita pun bisa menjadi lebih dari spiderman. Gimana caranya?? Apa harus digigit laba-laba yang sudah terkena sinar radio aktif? Lihatlah tadi kromosom paker berinteraksi dengan zat dari gigitan laba-laba itu. Kita juga bisa menginterasikan diri dengan sesuatu yang sangat hebat,yang sangat luar biasa ,yang akan membuat kita lebih dari SPIDERMAN, SUPERMAN, BATMAN dan MAN-MAN yang lain, yang tentu saja jaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuhhh banget lebih hebat dari zat laba-laba tadi. Apa itu???? Jawabnya tak lain adalah AL QURAN.

Coba bayangkan ketika seorang membaca Al Quran, mengetahui artinya, memahami makna serta tafsirnya. Al Quran itu akan masuk ke dalam darah,mengalir menyinari,menembus otak mencerahkannya, berinteraksi dengan DNA,kromosom,tulang menjadikannya lebih kuat sehingga terbentuk manusia-manusia yang luar biasa,manusia- manusia yang berani.Contoh orang yang berhasil menjadi manusia yang luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran adalah para Sahabat Rasulullah SAW. Bilal bin Rabbah ra.yang dulunya budak hitam (tanpa bermaksud merendahkan bekiau), menjadi pejuang Islam yang namanya dikenal setiap orang saat ini,muadzin Rasulullah SAW. Ali bin Abi Tholib ra menjadi pemuda yang sangat berani menggetarkan musuh. Thariq bin Ziyad sang penakluk selat Gibraltar, Rabi' bin Amr yang tidak mau ‘ndungkluk' dihadapan Rustum ,raja Romawi yang kafir. Wow keren kan ,orang-orang di atas adalah orang-orang yang menjadi luar biasa karena berinteraksi dengan Al Quran, yup betul sekali tentunya lebih hebat dari Spiderman, jauh banget. Bayangkan saja, Spiderman hanya bisa menaklukan segelintir perampok atau paling poll Globin dan DR.Octovius tapi Thariq bin Ziyad tadi bisa menaklukan selat atau negara. Allah Akbar.

Al Quran adalah dahsyat karena itu adalah petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika kita ingin menjadi orang yang berani, pembela kebenaran dan luar biasa maka berinteraksilah dengan Al Quran. Dengan Al Quran si penakut jadi pemberani, si lemah jadi kuat, si pecundang jadi pahlawan.

Pernah seorang pendeta nasrani berkata pada pengikutnya,jika kamu ingin menghancurkan pemuda Islam maka cara yang tepat bukan dengan memurtadkan mereka tapi dengan menjauhkan Al Quran dari mereka. Pendeta itu faham bahwa yang menjadikan pemuda Islam kuat adalah interaksinya dengan Al Quran, maka dia perintahkan pengikutnya untuk menjauhkan kita dari Al Quran. Dia begitu takut jika para pemuda dekat dengan Al Quran.

Maka,bangkitlah dengan Al Quran,jadikan tulangmu lebih kuat dengannya,otakmu lebih tajam dengannya dan hidupmu mulia.Dan jadilah lebih dari sekedar spiderman. Wallahu a'lam bishowb.