Jumat, 31 Desember 2010

Berfikirlah Positif Meskipun Berat Dilakukan


Sebuah kisah nyata...

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki.
Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan
rumah dapat ditanganinya dengan baik.
Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami
serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak
suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan
marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak
sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan
berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki
di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog
bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian,
Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan
saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang
bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa
jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah,
mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang
dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada
seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak,
tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.
Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung
menghilang, napasnya mengandung isak.
Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas
membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan
anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu
& kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada
di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan
kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman
dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah
buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat
dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif
dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal
karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu
disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah
seorang psikolog terkenal yang mengilhami
Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP
(Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang
dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana
kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga
sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif,
salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya
makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan
dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton
TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di
bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu
artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus
saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami
dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu
artinya saya cukup makan
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah,
karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya,
karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup
10. Untuk dst...

Kamis, 30 Desember 2010

Bersiap Menghadapi Kehilangan


Bila Anda siap MENDAPATKAN, sudahkan Anda juga siap KEHILANGAN?

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah, menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka terancam pudar? Barangkali kisah yang saya adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan inspirasi.

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur.

Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang- barang rumah tangga yang layak.
Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi,
tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.


"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok- penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.


Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan toples. Setelah ia membeli lembaran kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel.
Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.

Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar.

Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak,mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi?
Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN Allah. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Ada kalimat yang saya suka sekali dalam menempatkan diri dalam kehidupan:

" Kemenangan Hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai. HIDUPLAH SEPERTI ANAK-ANAK YANG DAPAT MENIKMATI TANPA HARUS MENGUASAI"

Analogi Yang Mengagumkan


Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan. Si tukang cukur bilang,"
Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.
"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan.... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker- istilah jawa-nya", kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata," Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??"."Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur. " Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!" kata si konsumen menyetujui." Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."
Si tukang cukur terbengong !!!!

Rabu, 29 Desember 2010

Mawar dalam Diri


Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.
Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini."
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Teman, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan moral yang bisa kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Allah yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Allah lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman- taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Teman, jika kita bisa menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Teman, biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

Selasa, 28 Desember 2010

Perjalanan Nabi Muhammad s.a.w. ke Taif



Selama sembilan tahun selepas perlantikan Nabi Muhammad s.a.w sebagai Pesuruh Allah s.w.t., Nabi Muhammad s.a.w telah menjalankan dakwah dikalangan kaumnya sendiri disekitar kota Mekah untuk memimpin dan memperbaiki keadaan hidup mereka.Segelintir manusia sahaja yang telah memeluk agama Islam ataupun yang bersimpati dengan Baginda s.a.w., yang lainnya mencuba dengan sedaya upaya untuk mengganggu dan menghalang Baginda s.a.w dan pengikut-pengikutnya. Diantara mereka yang bersimpati dengan perjuangan Baginda s.a.w termasuk Abu Talib bapa saudara Baginda s.a.w sendiri. Sungguhpun begitu Abu Talib tidak memeluk agama Islam.
Berikutan dengan kematian Abu Talib, pihak Khuraish berasa bebas untuk memperhebatkan gangguan dan penentangan mereka terhadap Baginda s.a.w. Di Taif, bandar yang kedua terbesar di Hijaz, terdapat Bani Thafiq suatu puak yang sangat kuat dan besar bilangan ahlinya. Nabi Muhammad s.a.w. berlepas keTaif dengan harapan ia dapat mempengaruhi kaum Bani Thafiq untuk menerima Islam dan dengan demikian memperolehi perlindungan bagi pemeluk-pemeluk agama Islam dari gangguan puak Khuraish. Baginda s.a.w juga bercita-cita hendak menjadikan Taif markas kegiatan-kegiatan dakwah Baginda s.a.w. Sebaik-baik sahaja Baginda s.a.w tiba disana, Baginda s.a.w telah mengunjungi tiga orang pemuka Bani Thafiq secara berasingan dan menyampaikan kepada mereka risalah Allah s.w.t. Bukan sahaja mereka tidak mahu menerima ajaran Allah s.w.t. bahkan enggan mendengar apa yang dikemukakan oleh Baginda s.a.w kepada mereka. Baginda s.a.w telah dilayani secara kasar dan sungguh-sungguh biadap. Kekasaran mereka sungguh bertentangan dengan semangat memuliakan dan menghormati yang telah menjadi sebahagian daripada cara hidup bangsa Arab. Dengan terus terang mereka mengatakan yang mereka tidak suka Baginda s.a.w. tinggal ditempat mereka. Baginda s.a.w. berharap yang kedatangan Baginda s.a.w akan disambut dengan sopan santun, diiringi dengan kata-kata yang lemah lembut. Sebaliknya Baginda s.a.w telah dilempari dengan kata-kata yang kasar.
Kata seorang daripada pemuka-pemuka tadi dengan penuh ejekan: "Hoi,benarkah yang Allah s.w.t. telah melantik kamu menjadi PesuruhNya?"Kata seorang lagi sambil ketawa: "Tidak bolehkah Allah memilih manusia selain dari engkau untuk menjadi PesuruhNya?"Yang ketiga pula melempar kata-kata hina yang bunyinya demikian: "Kalau engkau benar-benar seorang Nabi, aku tidak ingin bercakap-cakap dengan engkau kerana perbuatan yang demikian akan mendatangkan bencana kepada diriku.Sebaliknya jika kamu seorang pendusta,tidak guna aku bercakap-cakap dengan engkau."
Dalam menghadapi penentangan yang sebegini hebat, ketabahan dan kecekalan hati yang merupakan sifat-sifat semulajadi Nabi Muhammad s.a.w. tidak menyebabkan Baginda s.a.w. berasa hampa dan gagal barang sedikit jua pun. Selepas meninggalkan pemuka-pemuka Banu Thafiq tadi, Baginda s.a.w cuba menghampiri rakyat biasa Disini juga Baginda s.a.w menemui kegagalan. Mereka menyuruh Baginda s.a.w keluar dalam Taif. Apabila Baginda s.a.w menyedari yang usahaBaginda s.a.w tidak mendatangkan hasil yang diingini, Baginda s.a.w pun membuat keputusan hendak menginggalkan kota itu. Tetapi mereka tidak membiarkan Baginda s.a.w keluar dari Taif secara aman. Mereka melepaskan kacang-kacang hantu mereka supaya mengusik,mengejek,mengacau dan melemparinya dengan batu. Pelemparan batu yang dilakukan keatas Baginda s.a.w itu sedemikian rupa hingga badan Baginda s.a.w berdarah akibat luka-luka. Apabila Baginda s.a.w berada agak jauh dari kota Taif, Baginda s.a.w pun berdoa kepada Baginda s.a.w. yang bermaksud:
" Wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau menyerahkan daku?Kepada musuh yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya uruskanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku tetap dalam keredzaanMu. Dalam pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya mukaMu yang mulia yang menyinari segala langit dan menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku azabMu kepada Engkaulah aku adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau"
Demikianlah sedihnya doa yang dihadapi kepada Allah s.w.t. oleh Baginda s.a.w sehingga Allah s.w.t. mengutuskan Malaikat Jibrail buat menemui Baginda s.a.w. Setibanya dihadapan Nabi Muhammad s.a.w. diapun memberi salam seraya berkata:" Allah s.w.t.. mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan orang-orang ini. Allah s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung ganang disini khas untuk menjalankan sebarang perintah kamu."
Sambil berkata demikian Jibrail menghadapkan malaikat itu dimuka Baginda s.a.w Kata Malaikat ini:"Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia untuk menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan gunung-gunung disebelah menyebelah kota ini berlanggaran sehingga penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan cadangkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini."
Mendengar janji-janji Malaikat itu, Nabi Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan pun berkata:"Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam, saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., yang anak-anak mereka, pada satu masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya."
Sekarang perhatikanlah tauladan mulia dan suci murni yang telah dipertunjukkan oleh Baginda s.a.w. Kita semua mengakui yang kita menjadi pengikut-pengikutNya, tetapi dalam urusan hidup kita sehari-sehari,apabila cadangan kita ditolak atau tidak dipersetujui maka kita dengan lekasnya melemparkan maki hamun dan terkadang-kadang bercita-cita hendak membalas dendam terhadap mereka yang tidak bersetuju dengan kita.Sebagai pengikut-pengikutnya kita hendahlah mencontohi Baginda s.a.w. Selepas menerima penghinaa ditangan penduduk-penduduk Kota Taif, Baginda s.a.w hanya berdoa. Baginda s.a.w. tidak memarahi mereka,tidak mengutuk mereka dan tidak mengambil sebarang tindakan balas walaupun diberi kesempatan sebaik-baiknya untuk membuat demikian.

Senin, 07 Juni 2010

Freedom Flotilla Bukti Ketakutan Israel


Zionis Israel ketakutan akan terjadinya Intifadhah ketiga, akibat dari kemarahan umat Islam yang dilatar belakangi oleh upaya yahudisasi mereka terhadap tempat-tempat suci umat Islam.

Ketakutan tersebut semakin besar setelah adanya reaksi kemarahan rakyat Palestina akibat dimasukkannya masjid Ibrahimi di Hebron dan masjid Bilal bin Rabah di Betlehem dalam daftar situs warisan Yahudi serta penodaan berulang-ulang yang dilakukan Israel terhadap masjid Al-Aqsha.

Surat kabar Haaretz hari ini (9/3) mengungkapkan bahwa menurut sumber Palestina, Israel telah mengirimkan pesan kepada presiden otoritas Palestina Mahmud Abbas, memperingatkan akan meluasnya demonstrasi dan bentrokan yang terjadi di Tepi Barat, dan meminta Abbas untuk mengendalikan situasi tersebut.

Sebelumnya pada bulan Desember 2009 lalu, pimpinan Shin Bet Yuval Diskin telah mengatakan kepada Knesset bahwa Intifadhah ketiga akan terjadi hanya jika terjadi sesuatu yang besar seperti terjadi pemboman terhadap masjid-masjid bersejarah umat Islam Palestina.

Menurut Haaretz dalam edisi hari ini melaporkan bahwa Israel akan melakukan serangan ke wilayah-wilayah “A” dari kedaulatan Palestina jika Ababs tidak segera mengatasi dan membatasi demonstrasi publik dan menghentikan “hasutan” yang terjadi.

Haaretz mencatat bahwa aparat keamanan Israel takut akan terjadinya intifadhah ketiga, meskipun tidak secara langsung menyatakan hal tersebut, bagaimanapun mereka khawatir akan hilangnya kontrol di Tepi Barat.”

Dalam editorialnya Haaretz memperingatkan pemerintah Israel untuk menunda kebijakan mereka memasukkan situs-situs suci umat Islam, dan mencatat akan terjadinya risiko erosi status negara Israel yang akan menjadi indikator pecahnya intifadhah ketiga.

Dimulainya proses politik merupakan kebutuhan penting untuk mencegah penurunan terjadinya gelombang baru kekerasan, dan menyerukan pemerintah Benjamin Netanyahu untuk meyakinkan “orang-orang Israel” dari niatnya untuk menghentikan gerakan “akrobat” mereka, dan segera berurusan dengan negosiasi yang serius.

Negoisasi belum mencapai kesepakatan tetapi tentara israel sudah membuat propaganda dam pembantaian biadab yang menyakiti perasaan seluruh dunia.
Beberapa waktu yang lalu Kapal Mavi Marmara membawa sekitar 700 relawan dari banyak negara. Sedikitnya 19 orang dinyatakan tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam insiden berdarah ini.
Hasil otopsi sembilan aktivis dari Turki yang tewas dalam insiden penembakan Tentara Israel terhadap kapal kemanusiaan Mavi Marmara telah dikeluarkan. Diketahui para aktivis ditembak sebanyak 30 kali, 5 diantaranya tewas karena tertembak tepat di kepala.

Demikian diberitakan oleh koran Britain's Guardian dan dilansir Reuters.

Otopsi dilakukan oleh Dewan Kedokteran Forensik Turki pada Jumat (4/6) waktu setempat. Wakil Ketua Dewan Kedokteran Forensik Turki, Yalcin Buyuk, mengatakan hasil otopsi menunjukkan sebagian besar aktivis ditembak dari jarak dekat dengan peluru 9 milimeter.

Dari hasil otopsi juga diketahui seorang pria berusia 60 tahun, Ibrahim Bilgen, ditembak 4 kali, yakni di bagian pelipis, dada, pinggul, dan punggung. Sedangkan seorang pemuda Amerika Serikat berusia 19 tahun, Fulkan Dogan, ditembak 5 kali dari jarak kurang dari 45 centimeter. Fulkan ditembak di bagian wajah, belakang kepala, dua kali di kaki, dan sekali di punggung.

Sementara dua pria lainnya ditembak 4 kali. Lalu 5 korban tewas lainnya ditembak di belakang kepala dan punggung. Yalcin mengatakan, ada 48 korban lainnya yang juga menderita luka tembak, sedangkan 6 aktivis masih dinyatakan hilang.

Komunitas peneliti Zionis Israel sangat prihatin dengan terpilihnya Dr.Muhammad Badi menjadi Mursyid 'Am Ikhwanul Muslimin di Mesir, mereka mencatat bahwa pandangan-pandangan garis keras akan semakin meningkat, yang mereka sebut "ekstrimisme" dalam gerakan Ikhwan - yang akan berakibat serius tidak secara langsung ke Tel Aviv.

Dalam pantauan Mzaiil tentang biografi Dr Muhammad Badi, ia merinci kehidupan Badi sejak kecil, sejak pertama kali gerakan Ikhwan di dirikan dan bahkan sekarang sebagai pemimpin gerakan Islam terbesar di dunia yang menentang Israel dan hal ini jelas menjadi ancaman nyata bagi Israel.

Ia menyatakan bahwa Badi merupakan tokoh "ekstrimis" di tubuh Ikhwan dan Badi merupakan salah satu murid terkemuka dari Sayyid Quthb - tokoh ideolog Ikhwan terkenal. Dan dalam beberapa studi tentang posisi politik Badi terhadap Zionis, Badi dengan tegas mendukung bagi terbentuknya Khilafah Islamiyah.

Studi Mzaiil menyatakan bahwa Israel mendapat ancaman nyata berasal dari gerakan Ikhwanul Muslimin apalagi dengan terpilihnya Dr.Muhammad Badi sebagai Mursyid 'Am Ikhwan, dan menuduh para pejabat Ikhwan anti-Semit, yang berusaha untuk menghapuskan perjanjian Camp David dan mengusir duta besar Israel dari Kairo.

Ketakutan Israel yang mencurigai bahwa ada kaitan antara freedom flotilla dengan Ikwanul Muslimin.

Sabtu, 15 Mei 2010

PUISI KEHIDUPAN


by Chairil Anwar

Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru…

Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah

Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku…
Karena ibadahku masih pas-pasan…

Kuraba dahiku…
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku

Ya Allah….
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?

Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…

Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah…..

Memaknai Milad (Ulang Tahun)


Jika kita mendengar kata ini, pastilah yang langsung terbsit dalam pikiran kita masing-masing adalah hari yang menyenangkan, sejenak melupakan masalah-masalah kita karena pada hari itu kita menjadi orang yang paling berbahagia.

Sudah merupakan suatu tradisi bila di hari ini kita mengadakan pesta dengan nama syukuran. Padahal di dalamnya kita justru berbuat banyak kemaksiatan. Mungkin juga enggak ngadain pesta tapi… traktir temen-temen kita makan super banyak.

Kasus lain membuktikan bahwa banyak dari para remaja yang merasa menjadi orang yang paling menderita lantaran tidak seorangpun yang ingat hari ulang tahunnya.

Sebenarnya makna apa saja yang terkandung dalam ulang tahun itu sendiri??
Bertambahnya pengalaman hidup pastinya udah pada tau khan kalau namanya ulang tahun itu umur kita bertambah dan udah pasti dong seiring bertambahnya umur kita harus siap menghadapi lika-liku kehidupan. Untuk itu kita harus mempersiapkan jiwa yang kokoh dalam menerima cobaan dan ujian untuk menguji keimanan kita. Jadi enggak hanya umur kita aja yang bertambah tapi juga iman kita. Amiin.

Setahap menuju kematian pada saat itu berartijatah umur kita berkurang, karena jatah umur kita sudah diatur oleh Allah untuk hidup di dunia ini. Dengan kata lain seiring bertambahnyawaktu, semakin dekat dengan kematian, dengan kubur, dengan hari perhitungan (yaumul hisab), semakin dekat dengan akhirat (tujuan hidup kita dimana kita akan hidup abadi di dalamnya). Sudah siapkah kita menghadapi semua itu?? Terus gimana nih kita nyikapin yang namanya hari ulang tahun?? Sebaiknya jiga gak perlu berhura-hura ada baiknya kita:

* merenungi apa yang terjadi beberapa tahun silam.Padasaat ibu kita tengah berjuang antara hidup dengan mati dan ayah menunggu denagn was-was dan ketika pertama kali kita melihat dunia. Dengan mengingat ini,alangkah baiknya kan jika kita mengungkapakan rasa terimakasih kita untuk orang tua (terutama ibu) yang telah memberikan kasih saying dan perlindungan hingga kita mapu berfikir mandiri pad saat ini.
* Mengingat apa yang kita lakukan di tahun sebelumnya. Dengan begitu kita menjadi tahu apa saja yang sudah kita lakukan pada tahun di mana kita lebih muda. Kita berinstropeksi sehingga kita tidak menjadi orang yang bodoh dengan mengulang kesalahan yang sama.
* Bersyukur
* Menargetkan apa yang akan kita lakukan tahun ini. Mudah-mudahan target utama kita sama yakni menjadi hamba Allah yang baik.

“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyanyang itu adalah prang-orang yang berjalan di atas bumi dengan penuh kerendahan hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata yang (mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang berkata: Wahai Rabb kami, jauhkanlah adzab jahanam dari kami sesungguhnya adzabnya itu adalah kebibnasaan yang kekal”(Q.S. Al Furqan : 63-68)

Senin, 10 Mei 2010

Khitbah dan Akad Nikah



KHITBAH. Kata khitbah dalam terminology arab memiliki 2 akar kata. Yang pertama al-khithab yang berarti pembicaraan dan yang kedua al-khathb yang artinya persoalan, kepentingan dan keadaan. Jadi, jika dilihat dari segi bahasa khitbah adalah pinangan atau permintaan seseorang (laki-laki) kepada perempuan tertentu untuk menikahinya. Makna khitbah menurut istilah syariat tidak keluar dari makna bahasa tadi.

Dalam islam, seorang laki-laki berhak meminang perempuan yang diinginkan menjadi istrinya, demikian pula seorang perempuan boleh meminang laki-laki yang diinginkan menjadi suaminya.
Khitbah dalam pandangan syariat bukanlah suatu akad atau transaksi antara laki-laki yang meminang dengan perempuan yang dipinang atau pihak walinya. Khitbah bukanlah suatu ikatan perjanjian antara kedua belah pihak untuk melaksanakan pernikahan. Khitbah tidak lebih dari sekedar permintaan atau permohonan untuk menikah. Khitbah sudah sah dan sempurna hanya dengan ungkapan permintaan itu saja, tanpa memerlukan syarat berupa jawaban pihak yang dipinang. Sedangkan akad baru dianggap sah apabila ada ijab dan qabul (ungkapan serah terima) kedua belah pihak.

Dengan diterimanya sebuah pinangan baik oleh perempuan maupun oleh walinya, tidak bermakna telah terjadi ikatan perjanjian atau akad diantara mereka. Ibarat orang hendak naik kereta api, khitbah hanya bermakna “pesan tempat duduk� yang nantinya pada saat jadual kereta berangkat ia akan menduduki tempat tersebut sehingga tidak diduduki orang lain.

Syarat yang dipinang
Perempuan boleh dipinang oleh laki-laki (begitu juga sebaliknya) apabila memenuhi 2 syarat berikut ini :
1. Pada waktu dipinang perempuan itu tidak memiliki halangan syar’i yang melarang dilangsungkannya pernikahan
contoh, wanita yang sedang dalam masa iddah.
2. Belum dipinang laki-laki lain secara sah.

Tata cara meminang
1. Laki-laki meminang melalui wali perempuan
2. Laki-laki meminang langsung kepada perempuan janda
3. Perempuan meminang laki-laki saleh
Perempuan boleh meminang laki-laki secara langsung oleh dirinya sendiri atau melalui perantara pihak lain agar menyampaikan pinangan kepada seorang laki-laki untuk menjadi suaminya.
4. Khitbah dengan sindiran dimasa iddah (karena suaminya meninggal)
Sindiran itu misalnya seorang laki-laki mengatakan kepada seorang janda , “saya ingin menikah dengan perempuan shalehah� atau “mudah-mudahan Allah memudahkan saya untukmendapat istri shalehah�.

Agar pinangan diterima
Sebenarnya tidak ada standard baku secara teknis untuk masalah ini. Tapi, beberapa langkah dibawah ini diharapkan mampu membantu melancarkan proses penerimaan dalam peminangan :

1.Melengkapi persiapan diri
- Persiapan pertama adalah keikhlasan niat bahwa mengkhitbahnya ini dalam rangka beribadah kepada Allah.
- Persiapan kedua adalah persiapan diri pribadi yang telah dibahas sebelumnya, yaitu menyiapkan minimal 4 persiapan, termasuk diantaranya yaitu persiapan finansial.

2. Memilih calon yang sekufu

3. Berbekal restu Orang Tua
Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh restu dari orang tua diantaranya adalah sebagai berikut :
- Membangun komunikasi yang lancar dengan orang tua
- Melakukan pendekatan kepada orang tua sejak awal
- Mendialogkan perbedaan secara baik

4. Memperkenalkan diri
Ada suatu cerita yang kurang baik tentang hal ini. Ada pengalaman buruk ketika seorang ikhwan melaksanakan khitbahnya. Ia belum mengetahui siapa calon istrinya dan belum mengenal kedua orang tuanya. Ia mempercayakan urusan pernikahan kepada seorang teman kepercayaannya, dan ia tidak punya keinginan untuk berkenalan terlebih dahulu secara langsung. Ia hanya mengetahui data calon istri dari biodata tertulis dan pasfoto. Karena ia sudah mantap, tanpa pertemuan dan perkenalan awal, dilaksanakan prosesi khitbah.

Rombongan lelaki datang dengan orang tua dan saudara, Diterima oleh pihak perempuan lengkap pula komposisi keluarganya. Pertemuan menjadi formal karena kedua belah pihak satupun belum pernah ada yang bertemu dan mengenal, termasuk kedua calon mempelai. Suasana berubah menjadi kurang menyenangkan ketika ibu dari lelaki berbisik menanyakan yang mana calon istri yang dipinang, kebetulan diruangan itu ada lebih dari seorang perempuan. Tentu saja anak lelaki yang ditanya tidak bisa menjawab, karena memang belum pernah bertemu denga calon yang akan dipinang.

Semula kedua orang tua dari kedua belah pihak menyangka bahwa kedua anak yang akan menikah tersebut telah lama saling kenal, telah berkomunikasi langsung sebagaimana lazim dikenal dalam masyarakat luas. Mereka menjadi terkejut ketika ternyata kedua belah pihak belum saling mengenal. Hal ini menjadi catatan dan bahkan kemarahan pihak orang tua terhadap anaknya, karena dianggap telah mempermainkan orang tua.

Untuk itulah, laki-laki bisa bertemu dan berdialog dengan calon bahkan bisa juga ia memperkenalkan diri dengan bersilaturahmi ke orang tua perempuan sebelum peminangan resmi. Hal ini dapat mencairkan suasana, dan membuat proses peminangan berjalan lancar karena komunikasi telah dibuka sebelumnya.

Ditambah lagi, apabila tidak ada silaturahmi terlebih dahulu, terkadang menimbulkan suudzon, jangan-jangan telah terjadi sesuatu pada anaknya sehingga meminta pernikahan begitu cepat. Perkenalan dan silaturahmi dapat menghilangkan praduga yang tidak-tidak pada orang tua dan juga keluarga besar.

5. Melibatkan orang yang dipercaya
Ketika khitbah sedang dalam proses, teman calon bisa kita jadikan referensi/tempat bertanya tentang jati dirinya.

6. Berdoa dan tawakal
Seluruh manusia pasti membutuhkan Allah. Doa merupakan senjata bagi orang mukmin. Hendaknya seluruh usaha manusiawi kita dilandasi dengan doa kepada Allah agar segala keputusan untuk meminang dia atau tidak, untuk menerima pinangannya atau tidak, senantiasa dalam bimbingan Allah Ta’ala. Dengan begitu, sejak awal kehidupan berumahtangga telah bergantung pada Allah dengan berharap dan berdoa pada-Nya saja.
Setelah usaha kita lakukan dengan maksimal, doa kita lantunkan tanpa rasa bosan, akhirnya kita serahkan segalnya kepada Allah. Inilah makna tawakal.

AKAD NIKAH
Perjanjian berat itu terikat melalui beberapa kalimat sederhana. Pertama adalah kalimat ijab, yaitu keinginan pihak wanita untuk menjalin ikatan rumah tangga dengan seorang laki-laki. Kedua adalah kalimat qabul, yaitu pernyataan menerima keinginan dari pihak pertama untuk maksud tersebut.

Ijab qabul dapat diucapkan dalam bahasa apapun. Bisa dalam bahasa arab maupun bahasa setempat.

Nikah adalah perjanjian berat. Kita harus menghayati ucapan ijab qabul. Salah satu syarat ijab qabul adalah kedua belah pihak memiliki sifat tamyiz (mampu membedakan baik dan buruk), sehingga ia harus memahami perkataan dan maksud dari ijab qabul itu. Diatas pemahaman terhadap maksud ijab qabul, ada penghayatan.

Setelah khitbah dilaksanakan, tidak ada batas minimal ataupun maksimal unutk melaksanakan akad nikah. Seandainya acara khitbah langsung diteruskan dengan akad nikah itu boleh saja dilakukan, walaupun untuk masyarakat Indonesia itu tidak lazim dilakukan.

Yang menjadi masalah adalah ketika akad nikah dilakukan dalam rentang waktu yang lama setelah khitbah dilaksanakan, peluang timbulnya fitnah akan lebih besar. Resikonya besar untuk keduanya melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Selain itu di satu sisi ia tidak boleh menerima pinangan dari orang lain, sedangkan di sisi lain ia belum menjadi seorang istri.

Pada saat pelaksanaan akad nikah, yang dituntut hadir adalah mempelai laki-laki, mempelai perempuan, wali perempuan, 2 saksi, serta mahar.

Selasa, 04 Mei 2010

Azam Membela Islam


Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang diyakini bersama. Kedudukan nilai dalam sebuah masyarakat tidak hanya sebagai pemandu kehidupan tetapi juga sebagai pemberi arti bagi amal-amal yang dilakukan anggotanya.

Nilai dapat mengharmonikan pluralitas yang terdapat dalam sebuah masyarakat menjadi sebuah panorama kehidupan yang indah. Oleh karena itu nilai-nilai selalu dipandang sebagai sesuatu yang amat penting, bahkan dijunjung tinggi oleh semua anggota sebuah masyarakat.

Oleh karena posisi nilai dalam sebuah masyarakat demikian pentingnya maka ia selalu menjadi penggerak motivasi dan melekat kuat dalam kehidupan. Ia menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari totalitas hidupnya. Nilai yang sudah tertanam dalam jiwa dan mentradisi itu menjadi tenaga (energi) yang mendorong seseorang untuk selalu bertekad (azam) dalam menegakkan dan bahkan membelanya.

Dalam konteks kaum muslimin nilai-nilai yang dimaksud adalah Islam, din yang mengandung tata nilai yang mengatur seluruh dimensi kehidupan. Setiap muslim seyogianya tidak hanya meyakini bahwa seluruh dimensi ajaran atau nilai-nilai Islam benar dan harus ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupannya, tetapi juga harus dibela agar Islam dapat tegak berada di atas agama-agama yang lain.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk (al-Qur`an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama sekalipun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS, At-Taubah: 33)

Bagi seorang muslim azam (tekad) menegakkan dan membela Islam bukan sekadar kewajiban formal melainkan sebuah refleksi psikologis yang memantul keluar menjadi amal-amal nyata bahkan menjadi perilaku lahiriahnya yang otentik. Refleksi psikologis itu merupakan pancaran ketulusan keyakinannya terhadap kebenaran Islam dalam seluruh dimensinya.

Sepanjang sejarah dakwah ketulusan keyakinan seorang da’i terhadap dakwah yang diembannya selalu menjadi energi yang dapat membangkitkan kemauan kuatnya untuk mengamalkan, mendakwakan, dan memenangkan Islam dalam percaturan kehidupan dunia. Al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat menyebutkan bahwa azam adalah kemauan kuat.

Kemauan kuat atau azam inilah yang memastikan seseorang tidak akan melalaikan perintah Allah dan tidak ragu menegakkan dan membela agama-Nya. Sehubungan dengan kasus Nabi Adam AS, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى ءَادَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS, Thaha: 115)

Sesungguhnya ada dua kondisi psikologis lain yang dapat menyempurnakan azam seorang muslim dalam mengimani, mengamalkan, mendakwakan, dan dalam membela Islam. Yaitu sabar dan tawakal. Dalam waktu yang bersamaan sabar dan tawakal seseorang merupakan refleksi kekokohan azamnya.

Sabar dan tawakal dalam konteks perjuangan membela Islam ibarat dua sayap yang dapat menyapu bersih segala bentuk keraguan menerjuni medan laga. “Aku bersumpah, wahai diriku, kau harus terjun ke medan laga.” Demikian Abdullah bin Rawwahah ketika mendapati dirinya diserang kegamangan dalam menghadapi kerasnya perjuangan.

Selanjutnya kedua sayap itu siap menerbangkan azam seseorang ke alam kemenangan. Sejarah selalu membuktikan kekuatan azam sebuah kelompok, betapa pun kecilnya, dapat mengalahkan kelompok besar.

Sabar adalah kondisi psikologis seseorang yang tidak mudah mengeluh dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukainya. Ada tiga keadaan yang menuntut kesabaran seseorang, yaitu dalam ketaatan kepada Allah, dari menghindari maksiat, dan ketika ditimpa musibah. Sedangkan tawakal adalah sikap kebergantungan seseorang kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Maka inti tawakal adalah penyandaran hati hanya kepada Dzat Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak bergantung kepada selain-Nya.

Hubungan erat dan timbal balik antara sabar dan tawakal dengan azam seseorang dapat terlihat pada firman Allah berikut:

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

“Maka bersabarlah kamu sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati (ulul ‘azmi) dan rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka ...” (QS, al-Ahqaf: 35)

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.” (QS, Ali ‘Imran: 159)

Posisi azam dalam perjuangan dakwah jelas sangat penting. Oleh karena itu upaya membangun kemauan kuat di kalangan aktivis adalah bagian dari perjuangan itu sendiri. Sepanjang sejarah dakwah pembangunan kemauan kuat menjadi pilar utama pembentukan kader-kader yang siap terjun di medan perjuangan. Nabi Musa AS, sebelum memberikan komando agar Bani Israel berani memasuki bumi yang dijanjikan, selepas mereka terbebas dari kejaran Fir’aun dan pasukannya, terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada Bani Israel tentang pentingnya azam dalam merealisasikan cita-cita. Firman Allah:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

“Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Ia menjadikan di tengah kalian para Nabi dan Ia jadikan kalian raja-raja (orang yang merdeka) dan Ia berikan kepadamu sesuatu yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di dunia. Wahai kaumku, masuklah ke Tanah Suci yang telah dituliskan Allah atas kamu dan janganlah berbalik ke belakang, nanti kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS, al-Ma`idah: 20)

Namun orang-orang Yahudi, karena kedegilan yang melekat pada diri mereka, tidak mampu menangkap makna pengarahan Nabi mereka. Apa yang terjadi sesudah itu membuktikan bahwa kemauan kuat, himmah (cita-cita) yang tinggi, azam yang membaja, dan tekad yang bulat menduduki posisi sentral dalam perjuangan dakwah, bahkan dalam setiap amal. Rasulullah SAW menegaskan bahwa cita-cita yang tinggi merupakan bagian dari iman.

Kenyataannya Bani Israel tetap berada dalam keraguan, tidak memiliki azam, dan tekad mereka lemah. Mereka lebih percaya kepada kekuatan materi yang tampil dalam tubuh perkasa orang-orang Amalek yang telah lama menduduki tanah Palestina itu. Mereka melupakan siapa yang menyuruh mereka memasuki tanah yang dijanjikan itu dan yang telah memberikan jaminan kemenangan.

قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

“Kami berkata, “Hai Musa, kami tak akan memasukinya selama-lamanya selama mereka ada di sana, maka pergilah engkau dan Tuhanmu, lalu berperanglah, karena kami akan duduk-duduk.” (QS, Al-Ma`idah: 24)

Dengan demikian tingkat azam seseorang dapat menentukan tingkat kualitas perjuangannya. Maka kekokohan azam seorang da’i dalam membela agamanya menentukan kualitas dan nilai amal perjuangannya. Selanjutnya kekuatan azam tersebut akan mendudukkan dirinya pada posisi terdepan dalam barisan mujahidin dan layak memperoleh penghargaan.

Mereka, orang-orang yang kualitas azamannya tinggi, umumnya tidak banyak. Meski demikian mereka dapat menggerakkan mesin kemenangan. Misalnya dalam deretan nama-nama nabi kita kenal 5 nama yang diberi gelar ulul ‘azmi. Mereka adalah nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW.

Kaum Hawariyyun, kaum Muhajirin dan Anshar adalah kelompok-kelompok yang memiliki azam yang tinggi dalam membela agama mereka. Oleh karena itu sejarah perjuangan mereka sempat diabadikan dalam al-Qur`an.

Oleh karena azam untuk membela Islam merupakan bagian dari kondisi psikis muslim, maka kita perlu menciptakan kondisi psikis yang memungkinkan azam itu tumbuh subur dalam kalbu kita. Di sini kita perlu terus-menerus melakukan dialog dengan diri sendiri dan memastikan bahwa diri kita tidak ragu untuk memperjuangkan Islam.

Untuk sampai pada kepastian itu hendaknya kita terlebih dahulu memahami arti kehidupan kita di dunia ini. Sesungguhnya kehidupan di dunia adalah sebuah ibtila` (ujian). Di sinilah kita diuji dan di sini pula ladang tempat penghimpunan bekal yang menentukan nasib kita di akhirat nanti.

Oleh karena itu aktivitas fisik dan psikis kita selama hidup di alam fana harus sejalan dengan nilai-nilai yang telah kita yakini. Selanjutnya kita dituntut memiliki kesadaran batin melalui serangkaian proses “introspeksi” dan “interiorisasi” (takhliyah dan tahliyah) spiritualitas kita. Dengan bersungguh-sungguh kita terus-menerus menerapkan metode-metode pensucian jiwa yang dapat mengkristalkan/mengokohkan azam kita untuk membela Islam dan mengantarkannya kepada kemenangan sejati.

Kesadaran batin tersebut merupakan energi yang tertanam dalam diri kita. Dengan kesadaran itu kita dapat melihat fenomena-fenomena kehidupan yang terpampang di hadapan kita dan menumbuhkan kepercayaan pada diri kita. Selanjutnya dengan percaya diri dan kemantapan kalbu kita melakukan mujahadah dalam menghadapi berbagai godaan yang dapat menyeret kehidupan ke jurang kenistaan.

Dari kesadaran batin itulah hendaknya logika dibangun. Logika yang sederhana, mudah dicerna, dan sesuai dengan fitrah manusia. Logika yang sepenuhnya bersumber dari kesadaran dan kebersihan kalbu, yaitu motif-motif dan emosi-emosi yang paling dalam, dan dari penghayatan kita kepada nilai-nilai Islam. Logika yang tidak berupa pandangan-pandangan akal yang sering menimbulkan kebingungan dan kerancuan. Logika paling simple tetapi penuh makna, “Hidup mulia atau mati syahid.” Dengan logika itulah kita berazam.
Wallahu A’lam.

Jumat, 16 April 2010

Long Life Tarbiyah [Tarbiyah Madal Hayah]





Rijalud dakwah atau kader dakwah adalah seorang yang telah tertarbiyah secara intensif sehingga memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah, dan juga berpotensi menjadi anashirut taghyir atau agen perubah di masyarakat. Karena ia akan melakukan kerja besar yaitu merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan Islami, maka ia harus memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan masyarakat umumnya. Namun tidak semua orang harus menjadi kader karena biasanya lebih sedikit jumlahnya dibandingkan masyarakat umum. (QS 33:23). Para kader dakwah adalah mereka yang telah siap berkorban jiwa,raga dan seluruh harta bendaserta potensi yang mereka milliki (QS At Taubah : 11).
Karakter2 yang harus dimiliki kader dakwah :
1. Pemahaman Islam yang benar dan menyeluruh dari Al Qur’an & Sunnah
2. Keikhlasan yang tinggi sehingga ia menjadi pembela fikroh dan aqidah bukan membela kepentingan pribadi
3. Mengutamakan bekerja dari pada berbicara,
4. Totalitas dalam dakwah,
5. Siap berjihad dalam menegakkan syariat Allah
6. Siap berkorban dengan segala potensi yang dimilikinya
7. Memiliki ketegaran untuk mencapai cita2 dakwah sekalipun harus menempuh perjalanan dakwah yang panjang, berat & berliku.
8. Selalu taat kepada qiyadah dan jamaah.
9. Tsiqoh kepada qiyadah dan jamaah
10. Selalu memelihara kemurnian ukhuwah yang berdiri di atas landasan kasih sayang dan saling mencintai


Menurut Hasan Al Banna karakteristik kader dakwah yaitu: “rijalul qaul (orang yang pandai berbicara) tidak sama dengan rijalul ‘amal (orang yang pandai bekerja) dan rijalul ‘amal tidak sama dengan rijalul jihad (orang yang optimal dalam bekerja). Rijalul jihad pun tidak sama dengan Rijalul jihad yang muntij (produktif) wal hakim (bijaksana) yaitu orang yang mampu memberikan hasil yang optimal dengan pengorbanan yang paling kecil. Menurut beliau “Sesungguhnya orang yang pandai berbicara itu banyak, tetapi sedikit diantara mereka yang tetap konsisten ketika bekerja. Dan banyak orang yang pandai bekerja tetapi sedikit yang mampu mengemban amanah jihad yang berat dan mau bekerja keras.


Dasar-dasar Pembinaan Kader Dakwah
- Al Fahmu ad Daqid (pemahaman yang luas)
Kader dakwah yang memiliki pemahaman Islam yang benar akan terpelihara dari berbagai penyimpangan (inhirafat). Penyimpangan fikroh bersumber dari penyimpangan salah apakah penyimpangan juz’i (parsial) dan keliru.
- Al Iman al amiq (keyakinan yang kuat)
Kader dakwah harus memilliki keyakinan yang kuat dan tertanam di dalam jiwanya bahwa Islamlah satu2nya system yang mampu memenuhi kebutuhan manusia dunia dan akhirat. (QS Az Zukhruf:43). Selain itu kader juga harus meyakini bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang membela agamaNya (QS Al Hajj : 40)
At Takwin al matin (pembinaan yang kokoh)


Kader dakwah dilahirkan oleh sebuah proses pembinaan yang melingkupi berbagai aspek kehidupan yaitu Shibghah Fikriyah (pembentukkan fikroh), Shibghah Ruhiyah (Pembentukkan mental spiritual), Shibghah Harakiyah (Pembentukkan Harokah). Sehingga kader memiliki ketahanan dan mampu melakukan perubahan. Tugas besar hanya bisa dilaksanakan oleh orang besar dan amanah yang berat hanya bisa diemban orang yang kuat. “Jalan dakwah tidak dihampari permadani, tidak pula ditaburi bunga melati dan minyak kasturi. Sebaliknya, jalan dakwah dipenuhi duri dan ranjau2 yang setiap saat siap meledak, dan jalan berliku penuh tikungan maut sementara jurang2 curam. Mengingat jalan dakwah begitu berat maka dibutuhkan kader2 dakwah yang tahan banting dan pantang menyerah.” Yang menjadi perhatian IM adalah Tarbiyatun nufus (mendidik jiwa), tajdidul arwah (memperbaharui semangat), taqwiyatul akhlaq (memperkokoh moral) dan tanmiyaturrajulah as shahihah (mengembangkan kepahlawan yang benar).

Tarbiyah Mutawashilah (tarbiyah yang berkesinambungan)
Proses tarbiyah dalam Islam tidak dibatasi oleh waktu, tempat, & keadaan atau di sebut tarbiyah madal hayah (tarbiyah seumur hidup) Kader dakwah berkualitas adalah kader yang mengikuti proses tarbiyah secara intensif (tarbiyah murakazah), konferensif (mutakamilah) & berjenjang (mutadarijah). Kader dakwah yang bermasalah dalam proses tarbiyahnya hampir dapat dipastikan berpotensi menimbulkan masalah, apakah masalah pribadi, keluarga, social, maupun dakwah & harokah. Tarbiyah dapat dilakukan secara mandiri (tarbiyah dzatiyah)/secara kolektif (jamaiyah). Namun tarbiyah dzatiyah tidak akan dapat mengungguli tarbiyah jamaiyah, karena sehebat dan sepintar apapun seseorang ia tidak bisa menilai dirinya sendiri secara obyektif dan syaithon sangat suka dengan orang yang menyendiri.


Sifat-Sifat Kader Dakwah
Syaikh Abdul Qodir Jailani membuat perumpamaan yang indah bagi seorang mu’min. Ia mengibaratkan mu’min yang matang proses tarbiyahnya seperti biji kurma yang ditanam di halaman sebuah rumah dengan pagar tembok mengelilinginya. Biji kurma itu kemudian merekah & menghasilkan tunas yang tumbuh subur disirami hujan serta diterangi sinar matahari. Maka jadilah ia sebuah pohon kurma yang besar, kokoh dan menjulang tinggi dengan disaksikan oleh orang banyak. Mereka bernaung di atas atap rumah yang dibuat dari ijuk yang berasal dari pohon itu sambil memunguti buah matang yang berjatuhan dari pohon itu. Pohon kurma itu terjaga dan terpelihara dari tangan2 jahat karena ada pagar tembok yang mengelilinginya. Kehidupan tarbiyah kader dakwah seperti proses pertumbuhan pohon kurma tersebut. Kader dakwah yang berkwalitas memiliki sifat2 mulia yang tercermin dari akhlak, sikap, dan prilaku sehari-harinya. Sifat2 tersebut antara lain:
a. Ubudiyah Khalishah Lillah (semangat yang tinggi untuk beribadah kepada Allah SWT)
Poros dakwah Islam berputar pada ibadah yang murni kepada Allah SWT. Melaksanakan ibadah yang fardhu dan memperbanyak yang sunnah. Sangat takut akan siksaNya dan bergetar hatinya bila dibacakan kepadanya ayat2 Al Qur’an. (QS 8 : 2)


b. Tajridus sair wal hadaf lillah (mengarahkan perasaan dan tujuan hanya untuk Allah)
Seorang kader dakwah hendaknya hanya berorientasi kepada Allah dan mencari ridho serta surgaNya. Ciri kader dakwah yang membela agama Allah adalah selalu merasakan kedekatan dengan Allah. Hatinya selalu dapat menikmati lezat dan manisnya ketaatan kepada Allah, Rosul, dan Qiyadah.


c. Rafdhutasallut al jahiliyah (menolak kekuasaan jahiliyah)
Diantara salah satu tanda akan tibanya hari kiamat adalah terjadinya penyimpangan yang sangat jauh seperti telah dijelaskan Rosululllah : “sesungguhnya akan tiba masanya tahun2 penipuan dan kebohongan. Orang2 yang bohong dianggap benar dan orang yang benar dianggap bohong. Orang yang khianat diberi amanah, sementara orang yang jujur dianggap khianat dan orang2 yang tidak tahu apa2 berbicara urusan public” (HR Ahmad).
Kader dakwah harus memiliki sifat yang jelas yakni menolak dengan segala bentuk kekuasaan jahiliyah.


d. Selalu Memilih Hidup Serius
Sifat ini banyak dimiliki para sahabat dan generasi unggul dari kalangan tabi’in, serta generasi penerus seperti Umar bin Abdul Aziz, Ahmad bin Hanbal, para fuqaha, mujahidin, du’at yang telah menyerahkan seluruh kemampuan diri untuk mempengaruhi kehidupan dengan syariat Islam. Begitu juga seharusnya kader dakwah.


e. Tha’atul jama’ah wal qiyadah (mentaati jama’ah dan pemimpin)
Khalifah Umar bin Khotob berkata “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, tidak ada jama’ah tanpa imarah (kepimpinan) dan tidak ada imarah (kepemimpinan) tanpa taat (disiplin organisasi).


Ciri2 kader yang taat diantaranya adalah:
a. Taat disaat giat dan malas, disaat susah dan mudah, baik disukai/tidak.
b. Sur’atul Istijabah (segera menyambut dan melaksanakan perintah)
c. Taharrid diqqoh (melaksanakan perintah dengan tepat dan akurat)
d. Tidak meninggalkan tugas tanpa izin qiyadah dan tidak mudah meminta izin kecuali dalam keadaan sangat darurat.
e. Ats tsabat ‘alat thoriqi dakwah (konsisten dijalan dakwah)
Konsisten di jalan dakwah merupakan salah satu konsekuensi iman. Iman bukanlan sekedar kata2 yang diucapkan melankan kewajiban dan tanggung jawab serta jihad yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan.
Agar kader dakwah tetap konsisten di atas jalan dakwah maka ada Anashirut Tsabit (faktor2 pendukung konsistensi) yang perlu diperhatikan yaitu :
- Dawamuluju ilallah (senantiasa kembali kepada Allah)
- Taqorrub ilallah menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap muslim. Semakin dekat seseorang dengan Allah semakin besar peluangnya untuk mendapatkan rahmatNya ialah istiqomah di jalan dakwah.
- Ma’rifatu thobi’atu thoriq (mengenal karakter jalan dakwah)
Diantara karakter jalan dakwah adalah jalan yang panjang, bertingkat, dan banyak rintangan. Setiap kader dakwah harus memperkuat dirinya dengan kesabaran, nafas panjang, dan memahami bahwasanya ia mungkin saja meninggal lebih dulu sebelum melihat kemenangan. Yang penting ia mati di jalan Allah.
Adamu tanazu’ (menghindari konflik internal)
- Konflik internal biasanya terjadi disebabkan ta’adud qiyadah (dualisme kepemimpinan) dan ta’adud taujihat (banyaknya sumber arahan) / bila hawa nafsu yang mengarahkan pendapat dan pemikiran (QS Al Anfal : 46)

Selasa, 06 April 2010

Muqoyyam [SURVIVAL]






Muqoyyam kemarin {2-4 april 2010}adalah muqoyyam yang berbeda dari tahun - tahun sebelumnya yang peranah saya ikuti dan saya panitiai.
Kalau tahun-tahun sebelumnya lebuh paspek tarbiyah jasadiyah tapi yang protap tahun ini dan kedepan lebih meneklankan pada tarbiyah mental, oleh karena itu DPP mengambil tema besar yakni "SURVIVAL".
Mengajak para ustadz, dan para aleg yang mereka sudah terbiasa dengan kemapanan dalam kehidupannya sehari-hari untuk bertahan hidup dihutan liar yang tidak ada makanan seperti hanya dirumah.
Mereka para ustaadz dan para aleg yang terbiasa tidur dengan AC, berselimut tebal, dan berranjang empuk harus mau tidur beratap langit dengan kedinginan hutan gunung dan beralas matras dan rumput.
Para ustadz yang biasa memberi tauji kamipun harus mau mengikuti intruksi kami ketika muqoyyam, karena kami ditunjuk uktuk mentarbiyah jasadiyah mereka, itulah yang luar biasa dari acara muqoyyam ini.
Dan tidak ada kata yang terucap dari bibir kami sebagai panitia selain kata "Afwan ustadz" dan merekapun mengatakan Jazakallah ya akhi, disertai dengan tetesan air mata sambil kita berpelukan satu sama lain. itu akan menjadi hari yang kita rindukan dalam dakwah dan dalam tarbiyah ini.
Acara yang wajib kami jalankan ini adalah sebagai upaya penggemblengan diri, kesiapan diri, pembentukan kepribadian muslim yang cerdas dan sehat.

Ustadz Hasan Albanna pernah menulis tentang pembinaan fisik ini dalam risalahnya yang berjudul ”Ilannur” atau Menuju Cahaya, di Kairo pada bulan Rajab tahun 1336 H. (kalau dikonversikan ke tahun masehi berapa yah? Coba kita hitung 1425-1336= 89. Kurang lebih 87 tahun yang lalu.)

Beliau mengatakan: ”Setelah kita sadari bahwa bangsa yang tengah bangkit sangat membutuhkan jiwa keprajuritan yang tinggi, maka ketahuilah bahwa salah satu dari pilar-pilar yang menyangga jiwa keprajuritan tersebut adalah sehat dan kuatnya jasmani.” (Era Intermedia; 1997)

Tentu kita pernah mendengar hadits shahih ini: ”Almu`minul qowiyyu khoirun minal mu’minidhdho’iifi.” Terjemahannya adalah mukmin yang kuat itu lebih baik daripada mukmin yang lemah.
Pelajaran yang bisa diambil adalah Antum sebagai kader partai dakwah, sebagai manusia yang mengemban beratnya amanah dakwah, tidak seharusnya selalu dicekoki dan selalu diberi. Seharusnya Antum dapat berpikir inisiatif dan kreatif. Dakwah membutuhkan orang-orang yang taat, amanah dan juga seperti tadi, punya kepekaan, inisiatif, dan kreatif untuk menghadapi segala permasalahan dakwah.”

”Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan para nabi dan rasul. Jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang sepi dari pujian dan tatapan mata kekaguman orang lain. Bahkan ramai dengan caci maki, hinaan, dan siksa yang memedihkan, namun itu semua adalah ujian bagi orang-orang yang beriman. Karena iman itu perlu diuji dan dan dicoba.”

”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang yang dahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ”Bilakah datangnya pertolongan Allah?” (2:214).

”Sesungguhnya semua ujian itu adalah untuk membedakan orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta. Antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang munafik, agar dikenal siapa yang sabar dan berjihad, dan siapa yang menentang.”

”Dakwah ini perlu orang-orang yang totalitas yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memihkul beban ini, ia terhalang dari pahala besar para mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk-duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini.”

”Akankah Antum mau digantikan oleh generasi yang baru yang lebih sanggup daripada antum?”

Selasa, 23 Maret 2010

KKN (Kuliah Kerja Nikah)







A. Menikah semasa kuliah peluang dan tantangan

Menikah semasa kuliah dalam merupakan peluang sekaligus tantangan. Disebut peluang, di masa kuliah adalah masa pembentukan jiwa seseoarang menuju kedewasaan berpikir, sikap, dan sosial. Di masa kuliah seorang mahasiswa dituntut untuk bisa mendewasakan diri dalam pemikiran, sikap, kejiwaan dan lain sebaginya. Karena di masa kuliah itu kemandirian untuk menempa diri dengan segala keterbukaan dan kebebasan bisa diraihnya. Apabila seseorang gagal dalam membentuk pribadi semasa kuliah, maka ia ekmungkinan besar akan gagal di masa-masa yang akand datang pasca masa kuliah.di masa kuliah itu juga merupakan peluang untuk mencari pasangan hidup baik suami maupun istri. Di situ banyak pilihan dan alternativ. Yang peluang itu mungkin tidak kita dapatkan pasca kuliah. Mencari pasangan dimasa kuliah adalah kesempatan.Namun menikah dimasa kuliah juga banyak tantangan:Kondisi mental dan pemikiran yang sedang berproses, Kuliah yang belum selesai dan perlu keseriusan untuk menyelesaikannya., kondisi pekerjaan dan penghasilan yang belum menentu. Orangtua juga belum tentu mengizinkan, karena khawatir kuliahnya akan gagal dan berantakan. Menikah akan bisa kapan saja dan di mana saja bila diikuti dengan persiapan-persiapan. Walau di usia tua dan sudah mapan secara ekonomi, menikah akan berantakan bila tidak diiringi dengan persiapan-persiapan. apalagi pernikahan semasa kuliah, memerlukan persiapan ekstra.



D. Persiapan Menikah

1. Kenapa menikah?? Menikah bukan bukan hanya memiliki satu dimensi saja. Motivasi menikah selain ia sunnah Rasulullah, ia adalah juga tuntutan, antara lain:



a. Tuntutan syariah

Syariah Islam menuntut kita untuk melaksanakan nikah. Banyak keutamaan dari ibadah menikah ini. Bahkan Islam mengahramkan rohbaniah/ tidak menikah. Ia adalah Sunnah Rasulullah, barangsiapa yang ingin mengikuti dan diakui sebagai umat Rasulullah, saw hendaknya ia menikah,Wal;aupun hukum menikah bagi lama fiqih bukan hanya satu; ia bisa wajib, bisa sunnah, bisa makruh, bisa mubah dan bisa haram.



b. Tuntutan Fitrah

Tuntutan menikah juga merupakan tuntutan fitrah. Manusia bisa hdiup bahagia bersama fitrah kemanusiaannya, ia akan senggsara bila hidupnya bertentangan dengan fitrahnya. Diantara fitra ini antara lain:- Fitrah ingin bersama Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia makhluq sosial yang senantiasa memerlukan kepada orang lain. Sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai pasangan hidup (suami/istri), sebagai keturunan (anak cucu) dan lain sebagainya. Menikah adalah merupakan tuntutan fitrah.

- Dorongan biologis, libido seksual manusia yang sehat selalu berkembang dan memerlukan penyaluran. Apabila libido seks ini terkekang maka akan mengebiri potensi manusia itu sendiri. Penyaluran libido seks yang berttanggung jawab akan meningkatkan kwalitas dan vitalitas manusia. Menikah adalah satu-satunya penyaluran yang bertanggung jawab.

- Ingin kedamaianDiantara fitrah manusia adalah ingin kedamaian, dan kedamaian yang hakiki adalah kedamaian di bawah lembaga perkawinan yang baik dan benar di bawah tuntunan agama.







c. Tuntutan sosial

Menikah juga merupakan tuntutan sosial, sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk melaksanakan pernikahan, tuntutan sosial itu antara lain:

- Tuntutan Pribadi

Pribadi yang matang, sehat dan bertanggung jawab akan menuntut dirinya untuk menikah dan mencari pasangan hidup. Pribadi yang tidak ingin menikah sementara kondisinya sudah memungkinkan adalah pribadi yang sakit dan akan menjadi penyakit di masyarakat.- Tuntutan keluargaMenikah juga merupakan tuntutan keluarga, terlebih bila kondisi sudah memungkinkan untuk. Sebuah keluarga yang baik tidak bercita-cita untuk mengoleksi bujang-bujang dan gadis-gadis yang tidak mau menikah. Pewrnikahan bagi keluarga adalah kelanjutan dari sejarahnya.



- Tuntutan Masyarakat

Masyarakat yang sehat akan menuntut individu yang ada di dalamnya untuk menikah. Sebab masyarakat memilki tanggung jawab yang harus diemban. Adanya keluarga baru, berarti bertambahnya oran gyang akan mengemban beban masyarakat, dan mengurangi satu bebannya.



- Tuntutan Profesi

Seseorang ingin mencapai cita-citanya dan meraih prestasi dalam karriernya. Bila sudah sampai ke cita-citanya, profesi menuntut orang tersebut untuk menikah. Orang yang sampai dipuncak prestasi dan karier akan gersang dan kering bila tidak memilki tanggung jawab rumah tangga. Apalah arti semua itu bila tidak bisa dirasakan oleh orang-orang yang dikasihinya, suami istri, maupun anak-anaknya. Rumah tangga adalah muara dari profesi dan prestasi.



- Tuntutan perjuangan dan dakwah.

Menikah adalah tuntutan bagi perjuangan dan dakwah. Perjuangan sangatlah berat, apalagi bagi orang yang membawa idealisme dan cita-cita perjuangan. Suka duka perjuangan akan mudah dilaluinya dalam keharmonisan rumah tangga, sebaliknya perjuangan akan rentan dengan kegagalan dan penyelewengan bila jiwa tidak stabil. Rumah tangga adalah salah satu pilar stabilitas jiwa. Bagi perjuangan dakwah.



- Menikah merupakan Perlindungan diri aktivis, perjuangan yang bersih memerlukan aktivis yang bersih dan bermoral, menikah adalah salah satu pelindung aktivis dakwah dari kegagalan, penyelewengan perjuangan dsb.



- Aplikasi Tarbiah, sebuah perjuangan - terutama perjuangan islam- haruslah dimulai dengan tarbiah dan pembinaan individunya. Memang tarbiah bukan segala-galanya, namun segala-galanya harus dimulai dari tarbiah. Berumah tangga adalah fase kedua dari perjuangan dakwah. Perjuangan yang mandul, bila aktifisnya enggan atau tidak mau menikah.



- Penerus cita-cita perjuangan, Cita-cita perjuangan dakwah tidaklah mesti bisa diraih dalam satu generasi. Ukuran keberhasilan bukanlah usia sang pejuang, tapi ukuran keberhasilan adalah keberhasilan peradaban. Artinya perjuangan sangatlah panjang. Maka memerlukan generasi penerus yang akan membawa tongkat estafet. Anak dan keturunan adalah ladang dakwah yang paling dekat untuk mencuri penerus perjuangan.



- Tuntutan realita, Menikah juga merupakan tuntutan realita, artinya realita masyarkat saat ini dengan segala problematikanya menuntut anggota masyarakat untuk menikah.



- Tuntutan prioritas, Menikah adalah merupakan tuntutan bagi orang yang memang priroitasnya menikah. Orang yang prioritasnya menikah, namun tidak mau menikah, maka kerugian dan penyesalan yang akan dirasakan.



2. Orientasi menikah

Menikah seharusnya memiliki orientasi, orientasi menikah bukan hanya sekedar nafsu dan dorongan seksual. Sebuah rumah tangga yang hanya bernafaskan syahwat, akan gagal dan layu dalam sekejap. Ia tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu lembaga pernikahan hendaknya berorientasi untuk :



a. Mendirikan rumah ibadah

Menikah adalah ibadah, maka harus bersendikan ibadah dan dimulai dengan niat dan cara yang baik. Akhirnya rumah tangga bernuansakan ibadah. Aktivitas selurah anggota keluarga adalah ibadah, baik sebagai suami istri, anak dan lain sebagainya. Kalau motivasi ibadah mendominasi aktifitas rumah tangga, maka keharmonisan akan bisa di raih dan bisa dipertahankan.



b. Mendirikan rumah ilmu

Orientasi keilmuan juga harus merupakan orientasi rumah tangga kita. Rumah tangga yang berorientasi kelimuan akan melahirkan anggota-nggota keluarga dan anak keturunan yang berilmu. Akan melahirkan generasi yang bertanggung jawab, karena berbuat degan penuh pertimbangan logika yang matang dan ilmu yang membimbing kepada plihan yang tepat. Orang-orang yang berhasil dalam keilmuan mayoritas memang tumbuh dan besar dari lingkungan yang berilmu. Ulama-ulamna besar Islam kebanyakan tumbuh dalam suasana keluarga yang menghargai ilmu.



c. Mendirikan rumah Harakah

Hendaknya orientasi menikah juga untuk mendirikan rumah harakah. Kalau individu sebagai urat nadi harakah dan perjuangan dakwah, maka rumah tangga adalah lembaga untuk mensuplai kekuatan bagi urat nadi tersebut.





d. Mendirikan lembaga pendidikan anak

Mesti di sadari, menikah akan melahirkan anak dan keturunan. Sehingga pasangan sumai istri harus menyiapkan diri untuk menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Jangan sampai ada dalam rumah tangga kita anak lahir tanpa kita kehendaki, artinya ia lahir sementara kita belum menginginkannya. Kasihan anak yang demikian. Ia dilahirkan untuk di acuhkan oleh orangtuanya.



e. Mendirikan Rumah Sosial

Rumah tangga kita adalah bagian dari masyarakat, maka kita harus menjadikan sebagai sarana sosial maysarakat. Ia adalah salah satu lembaga bagian dari masyarakat. Maka ia memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat. Ia hendaknya ikut berperan aktif untuk membangun masyarakat dan meningkatkan kwalitas masyarakat. Jangan sampai rumah tangga kita terpisah dari masyarakat.



f. Mendirikan rumah Qudwah

Orientasi yang lain berumah tangga adalah mendirikan rumah Qudwah atau contoh bagi masyarakat. Sehingga masing-masing rumah tangga akan berlomba-lomba dalam kebaikan, yang akan menjadi contoh bagi keluarga yang lain. Rumah tangga tersebut menjadi contoh dalam akhlaq, ekonomi ( mencapai ekonomi yang halal) ,ilmu, sosial ( peduli dengan lingkungan),kesederhanaan.



g. Mengembangkan prestasi dan produktivitas

Pernikahan hendaknya jangan menjadi penghalang dalam mengembangkan presatasi dan produktivitas bagi suami , istri maupun anak. Sebab bila terjadi pernikahan akan menjadi beban yang memberatkan dan membosankan. Lembaga pernikahan akan menjadi algojo yang akan memenggal semua potensi yang sudah dibangun oleh calon suami maupun calon istri sebelum menikah.



3. Persiapan Menikah

Menikah bukan sekedar suka-suka atau berpasangan, akan tetapi ia adalah tanggung jawab. Akad Nikah adalah kesepakatan di hadapan Allah dan dihadapan manusia untuk saling bertangung jawab. Masing-masing pihak baik suami maupun istri memiliki kewajiban-kewajiban yang harus diemban, sebelum masing-masing menuntut hak-haknya. Selain itu akad nikah juga merrupakan perpindahan tanggung jawab terhadap wanita, perpindahan dari orang tua kepada suami. Untuk itu pernikahan memerlukan persiapan-persiapan yang matang. Persiapan-persiapan itu antara lain meliputi; persiapan individu dan keluarga.



3.A. Persiapan Pribadi .

Orang yang ingin menikah baik laki-laki maupun perempuan harus menyiapkan dirinya sebaik mungkin. Fisik yang kuat, sehat jelas lebih baik dari pada phisik yang tidak sehat. Karena beban tanggung jawab yang berat akan lebih mudah dipikul oleh orang yang yang kuat dan sehat. Dari persiapan-persiapan pribadi ini meliputi:

3.A.1. Persiapan Fisik

Fisik yang sehat dan kuat akan lebih ringan dan mudah untuk memikul tanggung jawab, daripada fisik yang kurang sehat. ( inna khoiro man ista'jarta al qowiyyul amin). Diantara persiapan fisik ini antara lain:

3.A.1.a. Baligh

3.A.1.b. Sehat Lahir dan batin

3.A.1.c.Makan makanan yang sehat dan mempu mengolahnya.

3.A.1.d.Menghindari hal-hal yang membahayakan fisik; seperti merokok, minuman keras.

3.A.1.e. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang merusak kesehatan, seperti begadang yang berlebihan.

3.A.1.f. Mengusahakan hidup yang sehat dan teratur.



3.A.2. Persiapan Psychys.

Kehidupan rumah tangga tidak selamanya mulus, akan tetapi pasti akan mengarungi riak-riak problema rumah tangga. Masalah dalam kehidupan rumah tangga ibarat ujian bagi orang yang sekolah, pasti ada masa ujiannya. Sekolah yang tidak ada ujiannya kualitas muridnya dipertanyakan. Begitu pula dengan lembaga perkawinan.



Namun yang perlu dicermati, tidak semua masa adalah masa ujian. masa ujian adalah masa terkecil dari masa pendidikan. Lembaga rumah tangga tidak boleh terus-terusan problema, seharusnya adalah lebih banyak masa indah dari masa problem. Agar mampu mengarungi masa ujian itu, maka diperlukan persiapan mental (psychys) yang kuat. Sebab ujian rumah tangga tidak bisa di tebak , terkadang besar-terkadang kecil. Mental yantg kuat akan lebih mampu mengarungi berbagai probelamatika tersebut. Persiapan tersebut antara lain:

- Siap beradaptasi dengan suami/istri ,

suami/istri adalah orang baru bagi masing-masing pasangan. penyatuan dua karakter dan dua latar belakang, yang telah dididik oleh lingkungannya bertahun-tahun. Penyatuan kedua belah pihak merupakan penyatuan dua peradaban untuk membuat peradaban baru. Maka masing-masing pasangan harus siap untuk beradaptasi. Diperlukan di sana saling pengertian, saling mengalah, dalam rangka membuat peradaban baru di rumah kita. Kegagalan yang akan didapatkan bila kita hanya menuntut pasangan kita untuk mengerti diri kita terus menerus.

- Siap berbagi rasa

Pasangan suami istri hendaknya saling siap berbagi rasa, baik fisik maupun psychys. Lembaga perkawinan tidak memberikan tempat kepada orang yang egois. Ingin menikmati sendiri, ingin didengarkan terus keluhan dan diringankan bebannya.



3.A.3. Persiapan Ruhani ( Ibadah).

Ruhani adalah merupakan pilar keutuhan rumah tangga yang paling kuat, ia mampu memberikan kekuatan yang luar biasa bagi lembaga perkawinan untuk tetap bertahan. Maka kekuatan ruhani rumah tangga harus senantiasa fit, dan terjaga. Semua problema berat sekalipun , akan bisa dilalui bila ruhani rumah tangga kuat. Namun masalah yang kecil akan menghancurkan bangunan rumah tangga bila ruhani kropos.oleh karena itu persiapan ruhani sangat perlu dan bahkan paling perlu bagi calon suami maupun bagi calon istri.



Diantara persiapan ibadah ini antara lain :

- Mandiri dalam ibadah, artinya masalah ibadah bukan menjadi masalah lagi baik suami maupun istri. Ibadah sudah bukan menjadi beban, akan tetapi ia sudah menjadi akhlaq.

- Mampu menjaga ibadah dalam keadaan darurat.Kondisi rumah tangga tidak selamanya dalam kemudahan, maka calon suami maupun istri perlu mempersiapkan diri untuk mampu mengawal ibadah dalam kondisi darurat sekalipun, terutama ibadah-ibadah fardhu, seperti sholat lima waktu dsb.Seorang dai mengatakan," Bila kamu ingin tahu seseorang itu sholeh, lihatlah sholatnya. Bila kamu ingin melihat seseorang itu serius dengan dakwahnya ( da'i), lihatlah sholat subuhnya. Dan bila kamu ingin mengetahui seseorang itu mujahid atau bukan, lihatlah qiyamullailnya."- Mampu mengajarkan ibadah yang benar untuk anak.



3.A.4. Persiapan Ilmu ( Fikri )

Rumah yang ingin kita bangun adalah rumah yang berilmu, karena ilmulah yang akan menjaga selalu stabilits visi dan misi keluarga yang kita ikrarkan bersama saat awal kita mau menikah. Maka budaya kelimuan harus selalu dihidupkan. Diantara nuansa keilmuan di rumah adalah keterbukaan, demokratis, mengerjakan sesuatu berdasarkan pengetahuan dan penuh tanggung jawab, dialogis.Diantara ilmu-ilmu yang diperlukan antara lin- Ilmu agama. paling tidak gambaran umum agama, hukum agama. Sehingga rumah tangga tahu masalah agama Yang haram, yang makruh, yang mubah, yang sunnah dan yang wajib. Rumah tangga yang buta agama lebih berbahaya daripada rumah tangga yang buta huruf.

- Ilmu kerumah tanggaan , paling tidak hal-hal asasi yang diperlukan dalam rumah tangga.

- Ilmu kesehatan , minimal masalah kesehatan umum

-Ilmu ketrampilan, agar menjadikan rumah tangga yang produktif dan bukan hanya menjadi rumah tangga yang konsumtif. Rumah tangga yang poduktif lebih mandiri daripada rumah tangga yang konsumtif.

- Ilmu jiwa dan sosial, karena rumah tangga harus berinteraksi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. maka, harus tahu ilmu umum untuk berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat.

- Ilmu mendidik anak, sehingga orientasi pendidikan anak berdasarkan ilmu. Anak jangan menjadi kelinci percobaan pendidikan. Karena kegagalan dalam mendidik anak adalah penyesalan hingga ke akhirat. Maka sangat salah kalau rumah kita hanya mengkonsumsi majalah-majalah dan buku-buku yang menjadikan keluarga tersebut berbudaya konsumtif buta.



3.A.5. Persiapan keahlian ( Mihany)

Masing-masing calon pasangan suami istri hendaknya menyiapkan berbagai ketrampilan. Keterampilan adalah bekal yang tidak memberatkan. Hal ini sangat perlu, karena kondisi ekonomi tidak menentu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Sementara tuntutan tanggung jawab terus. Diantaranya adalah tanggung jawab mendidik dan membesarkan anak. Sang istri tidak boleh hanya mengandalkan dari gaji suami, sebab umur bukan ditangan kita. Sehingga sewaktu-waktu suami meninggal, kondisi rumah tangga dan kondisi pendidikan anak tidak mengalami kegoncangan. Pendidikan anak hingga ia menjadi dewasa harus dilanjutkan.



3.B. Persiapan KeluargaMenikah bukan hanya menjadi proyek pribadi kita, akan tetapi ia juga proyek keluarga dan proyek masyarakat ( sanak kerabat). Maka persiapan untuk menikah bukan hanya dari individu, akan tetapi harus diikuti oleh persiapan keluarga. Sebab berapa banyak pengalaman orang yang telah sepakat ingin menikah, tidak disetujui oleh keluarganya. Akhirnya berakhir dangan kekecewaan, baik kekecewaan keluarga maupun pasangan suami istri tersebut. Kita menginginkan menjadi anak yang sholeh/ sholehah, yang memberikan kepada aorrang tua kita menantu yang sholeh/ sholehah yang akhirnya melahirkan cucu-cucu yang sholeh dan sholehah yang disambut dengan cinta oleh kakek neneknya.. Diantara persiapan keluarga tersebut antara lain:

3.B.1. Izin Orang tua.

Izin orang tua sangat perlu. Karena terkandung dalam izin orang tua tersebut antara lain;- Perkawinan yang direstui oleh kedua orang tua dari kedua belahj pihak lebih dekat keberkahan Allah yang akan turun dalam rumah tangga tersebut.- Izin adalah restu, restu orang tua mendekatkan kita kepada rahmat Allah.- Izin mengandung toleransi dari orang tua, artinya bila ada berbagai kondisi dalam rumah tangga yang akan kita bangun kelak, maka orang tua akan memberikan toleransinya, sehingga rumah tangga akan mudah untuk keluar dari problematikanya.- Izin orangtua identik dengan tanggung jawab, artinya bila ada hal-hal yang tidak kita rencanakan , maka keikutsertaan orang tua untuk bertanggung jawab sangat diperlukan.

3.B.2. Terhadap Calon Suami/IstriHendaknya keluarga kita, terutama menerima calon pasangan kita apa adanya. Bukan menerima karena terpaksa, karena penerimaan dengan sukarela dari orangtua dan sanak keluarga akan meringankan beban rumah tangga baru. Betapa sulitnya rumah tangga yang tidak direstui oleh keluarga, sementara kondisi kita masih dalam masa kuliah dan belum mandiri.

3.B.3. Terhadap Mahar dan permintaan-permintaan perkawinan. Hendaknya kondisi mahar dan permintaan-permintaan perkawinan juga merupakan bahan pemikiran bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Artinya kedua belah pihak harus mengusahakan untuk terjadinya perkawinan itu. Mahar dan permintaaan-permintaan perkawinan jangan sampai memeberatkan kedua belah pihak, akhirnya berakhir dengan kegagalan perkawinan tersebut.Yang bisa dijadikan pertimbangan antara lain:

- Mahar bukan harga seorang wanita, maksudnya adalah semakin mahal mahar seorang wanita bukan berarti semakin mahal harganya. Wanita bukan barang tukar dan bukan untuk dihargai sebagai komoditi jual. Mahar adalah tanda keseriusan dan kesiapan, bukan sebagai harga. Baik calon suami maupun calon istri harus menyadari dan berusaha untuk mencari kata sepakat dengan keluarga, sebab bisa tidak ada kata sepakat akan berakhir dengan bubarnya rencana.

- Mahar untuk mencari berkah, Perkawinan adalah peristiwa sakral yang sangat jarang dilakukan oleh seseorang berulang kali, maka hendaknya kita harus menjadikan peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang mendatangkan keberkahan. Bukan peristiwa yang rentan dengan masalah di masa mendatang. Sabda Rasululla Saw.,” wanita yang paling sedikit maharnya adalah yang paling banyak berkahnya. “

- Membangkitkan kecintaan suamiHendaknya mahar dijadikan sebagai sarana untuk saling mengingat hal yang baik bagi suami maupun istri, sebab biasanya saat yang paling indah adalah saat mengenang kembali saat berjumpa pertama dan kesan pertama. Sehingga pemberian mahar bisa dijadikan sebagai kenangan yang indah yang bisa semakin menambah cinta dan kasih sayang suami dan istri.

- Tidak membebani calon suami sehingga menjadi beban suamiMahar janganlah terlalu berat, sehingga memberatkan calon suami. Begitu juga permintaan-permintaan pernikahan. Kedua belah pihak harus menyesuaikan dan saling mengerti. Karena kalau menjadi beban akan mengurangi keharmonisan kehidupan suami istri.



3.B.4. Mempersiapkan walimah yang Islamy.Yang perlu dipikirkan dan dipersiapkan kedua belah pihak adalah mempersiapkan walimah yang islamy. Tidak mudah untuk mengkondisikan keluarga dengan model pernikahan yang kita inginkan, sebab keluarga kita sudah terbelenggu dengan adat dan tidak tahu alternatif walimahan yang lain. Tanda-tanda pernikahan islamy antara lain :

- Tidak Tabdzir

- Tidak Terjadi pelanggaran Syariah

- Tidak terjadi ikhtilath



Demikianlah semoga makalah singkat ini bisa memberikan kontribusi bagi saudara dan saudari yang ingin melaksanakan pernikahan. Baik saat masih kuliah maupun setelah selesai kuliah.

Ayo Semangat !!! (hehehehe)

Sabtu, 20 Maret 2010

Sukses Yang Kita Dambakan





Suatu hari ada seorang ibu-ibu bertanya, "Mas Rofiq, bagaimana caranya membangkitkan semangat hidup?" Ibu tersebut tersebut berkisah bahwa ia sering keliru memaknai sebuah hadits yang berbunyi, "Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok". Ia beranggapan bahwa untuk apa bekerja keras meraih kesuksesan dunia kalau pada akhirnya kita juga akan mati.Ya, memang benar kita akan mati, tapi bukan berarti kita menjadi bersikap apatis seperti itu. Memang pada suatu saat nanti maut pasti akan menjemput, dan berakhirlah kontrak hidup kita di dunia ini. Namun jika hal ini menjadikan kita kehilangan semangat untuk berjuang dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita, atau paling tidak berusaha agar kita bisa meraih kehidupan yang lebih baik maka pemahaman seperti itu kurang benar.
Akhirat memang harus kita dapatkan, namun dunia juga tidak boleh kita abaikan. Dan yang paling ideal adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Semua orang pasti menghendaki kedua hal tersebut. Jadi ada keseimbangan dalam hidup ini. Di samping bekerja keras untuk urusan dunia, di sisi lain kita juga tidak melupakan ibadah kita kepada Tuhan. Kita tidak mementingkan dunia saja, tapi kita juga tetap ingat kepada Allah SWT, dan sadar betul kewajiban kita kepada-Nya. Dengan memahami pentingnya keseimbangan hidup tersebut, kita akan memiliki sebuah semangat untuk menjalani hidup ini dengan dinamis, optimis dan bahagia.
Bukankah kita kit diakarkan oleh Nabi kita sebuah doa yang luar biasa yang mencakup kehidupan kita didunia dan kehidupan di akhirat kelak, doa ini yang sering orang menamai dengan dia sapu jagat.
"Rabbana atina fiddunya hasana wafil akhirato hasana", kehidupan didunia kita meminta ahsan/ kebaikan, dan kehidupan diakhirat kita juga minta ahsan/ kebaikan...
Wallahu a'lam bishowaf.

Rabu, 17 Maret 2010

Meluruskan Niat & Motivasi Menikah




Rasulullah SAW telah mengingatkan kita akan pentingnya sebuah niat : “ Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung dengan niatnya “ (HR Muslim). Maka selagi belum terlambat, tengoklah hati kita lebih dalam lalu bertanyalah dengan jujur ; Untuk apa Anda ingin menikah ? Atas dasar apa Anda ingin mengikatkan akad pernikahan ?. Luruskan niat, sekali lagi. Jangan sampai terkotori oleh hal-hal yang tercela seperti kepentingan duniawi atau hawa nafsu semata.

Mungkin pasangan anda nanti boleh saja cantik, kaya, dan turunan orang mulia, tapi tetap saja anda harus memilih dia karena agamnya. Bukan selainnya. Dengar peringatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bagi mereka yang salah dalam motivasi menikah :
" Barang siapa menikahi seorang wanita karena memandang kedudukannya, maka Allah akan menambah baginya kerendahan, Barang siapa menikahi wanita karena memandang harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan, Barang siapa menikahi wanita karena keturunannya, Allah akan menambah baginya kehinaan. (HR Thabrani)

Maka tugas Anda kali ini akan lebih berat, jika nanti calon istri anda memang jamilah, sweetlook, fotogenik, putih berseri dan sebagainya. Apalagi jika si dia adalah putri seorang tokoh, negarawan, politikus, ilmuwan, atau bahkan ulama sekalipun, luruskan niat. Belum lagi jika ia adalah seorang akhwat borju, yang kendaraannya mengkilap dan fasilitas hidupnya lengkap. Maka sungguh nanti Anda harus benar-benar meluruskan niat.


Pertanyaannya kemudian, bagaimana meluruskan niat itu ? Pertama, kita menikah untuk menggapai mardhotillah dalam rangka mengikuti sunnah rasul-Nya itu jelas dan itu yang pertama kali kita sucikan. Kedua, masih dalam hadits yang sama, Rasulullah memberikan alternatif motivasi bagi kita dalam menikah yang dapat mengundang keberkahan. Subhanallah !

Masih dalam rangkaian hadits yang sama, Rasulullah SAW bersabda : Tetapi barang siapa menikahi seorang wanita karena ingin menundukkan pandangannya dan menjaga kesucian farjinya, atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan maka Allah akan memberkahi bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya ( HR Thabrani )

Memperbanyak motivasi dalam koridor syar’I, itulah tugas berat kita malam ini. Inventaris segala motivasi Anda dalam menikah, lalu jauhkan dan hapus segala hal yang menyalahi syar’I dan menghapus keberkahan.

Menikah karena menundukkan pandangan ? Silahkan, bukankah kita telah lelah dengan bisikan-bisikan syetan saat barisan akhwat lewat dihadapan ? Menikah untuk menjaga kesucian farji ? Subhanallah, bukankah tiba saatnya hati ini bersih dari segala keinginan-keinginan nista saat sejuta kemaksiatan bertebaran di depan mata ? Menikah karena akan memperbanyak ikatan saudara dan jaringan ? Tafaddhol, Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga menganjurkan kita untuk menikah bukan dengan kerabat dekat.

Menikah agar kuat dalam menjalani jalan dakwah ? Menikah agar dapat lebih bersemangat dalam bekerja dan beramal ? Menikah agar dapat saling menasehati dan menguatkan azzam dalam ibadah dan jihad ? Menikah agar dapat menambah dan menguatkan hafalan Quran ? Menikah agar dapat memurojaah ulang materi-materi tarbiyah bersama pasangan kita ? Menikah agar dapat berdiskusi tentang persoalan-persoalan umat ? Menikah agar menghindari godaan, lirikan, dan sms-sms nakal dari lawan jenis ?

Silahkan akhi, silahkan ukhti…hanya saja ingat semangat awal dan termulia kita dalam hidup ini : Allah Ghoyatuna ! Allah tujuan hidup kami !