Rabu, 26 Agustus 2009


Jemput Lailatul Qodar

Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja akan mendapatkan keutamaan malam tersebut, karena itu adalah janji Allah kepada kita. Karena itu mengisinya dengan serangkaian ibadah merupakan sunnah yang sangat dianjurkan.

Rasulullah SAW bersabda,” Barangsiapa mencari lailat al qodr, hendaknya ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh” (HR. Ahmad).

Jatuhnya Lailatul Qadar
Para ulama bersepakat bahwa Lailatul-Qodar terjadi pada malam bulan Ramadhan. Dan terus berlangsung pada setiap bulan Ramadhan untuk mashlahat umat Muhammad, sampai terjadinya hari qiyamat.

Adapun tentang penentuan kapan persis terjadinya, para ulama berbeda pendapat disebabkan beragamnya informasi hadits Rasulullah, serta pemahaman para shahabat tentang hal tersebut. Sebagaimana tersebut dibawah ini:

1 Lailatul-Qodar itu jatuh pada malam 17 Ramadhan, yaitu malam diturunkannya Al Qur‘an. Hal ini disampaikan oleh Zaid bin Arqom, dan Abdullah bin Zubair ra. (HR. Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan Bukhori dalam tarikh).

2 Lailatul-Qodar itu jatuh pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Aisyah dari sabda Rasululah SAW:
“Carilah lailat al qodr pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhori, Muslim dan Baihaqi)
Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abi Said al Khudri yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.

3 Lailatul-Qodar jatuh pada malam tanggal 23 bulan Ramadhan,
Berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Unais al Juhany, seperti dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.

4 Lailatul-Qodar jatuh pada malam tanggal 27 bulan Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar, Seperti dikutip oleh Ahmad. Dan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, bahwa Umar bin al Khoththob, Hudzaifah serta sekumpulan besar shahabat, yakin bahwa lailat al qodr terjadi pada malam 27 bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, juga pernah menyampaikan kepada shahabat yang telah tua dan lemah tak mampu qiyam berlama-lama dan meminta nasehat kepada beliau kapan ia bisa mendapatkan lailat al qodr, Rasulullah SAW kemudian menasehati agar ia mencarinya pada malam ke 27 bulan Ramadhan (HR. Thabroni dan Baihaqi).

Seperti difahami dari riwayat Ibnu Umar dan Abi Bakrah yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim, terjadinya lailat al qodr mungkin berpindah-pindah pada malam-malam ganjil sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Sesuai dengan informasi terakhir ini, dan karena langka dan pentingnya, maka selayaknya setiap muslim berupaya selalu mendapatkannya pada sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Tanda-tanda terjadinya Lailatul Qadar
Seperti diriwayatkan Oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi,
Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: ” Pada saat terjadinya Lailatul-Qodar itu, malam terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas tidak juga dingin. Dan pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan”.

Sedangkan yang harus dilakukan agar dapat menggapainya:
1. Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan beribadah pada hari-hari itu. Dalam peribadatan ini juga dengan mengikutsertakan keluarga. Hal itulah yang dahulu dicontohkan Rasulullah SAW.

2. Melakukan i‘tikaf dengan berupaya sekuat tenaga. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

3. Melakukan qiyamullail berjama‘ah, sampai dengan rekaat terakhir yang dilakukan imam, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.

4. Memperbanyak do‘a memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah dengan lafal: “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibul afwa fa‘fu ‘anni”.

Hal inilah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah ra ketika beliau bertanya:
“wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan lailat al qodr, apa yang mesti aku ucapkan”? (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Wallahu a‘lam bis-shawab.

Jumat, 14 Agustus 2009

Sucikan Diri, sambut Indahnya Rahmadhan!

Sebentar lagi kita akan memasuki Bulan Ramadhan. Bulan suci, di mana suasana religius akan sangat terasa, dibandingkan hari-hari biasa. Bukan hanya di masjid-masjid, tetapi bahkan di tempat-tempat yang biasanya menjadi ajang hiburan. Secara spontan, orang-orang akan memberikan ‘penghormatan', dengan melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan.

Hakikat bulan suci ini sebenarnya adalah waktu bagi umat muslim untuk melakukan proses pensucian diri di hadapan Allah, melalui puasa sebulan penuh. Dengan berdasar pada dalil Al Qur'an, Surat Al-Baqarah ayat 183 bahwasannya Allah telah mewajibkan orang iman berpuasa, sabagaimana yang telah dilakukan olah umat terdahulu. Tujuannya, supaya menjadi manusia yang bertaqwa.

Namun, substansi puasa sendiri tidak sebatas hablu mina Allah (hubungan manusia dengan Tuhannya), melainkan juga erat kaitannya dengan hablu mina naas (hubungan dengan sesama manusia). Dengan berpuasa, secara vertikal manusia telah menjalankan perintah Tuhannya, yakni menahan lapar dan dahaga serta mengekang hawa nafsu, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Untuk itu, Allah akan memberikan reward berupa pahala yang berlipat ganda. Mulai dari 10 lipatan hingga 700 kali lipat, bahkan illa masya Allah (sampai sekehendak Allah).

Dari sisi horizontal, puasa melatih seseorang untuk sabar dan peka terhadap penderitaan sesama. Dalam kehidupan sosial, kadang kita menghadapi permasalahan yang kompleks yang sering berujung pada konflik. Baik itu perselisihan, kesalahpahaman ataupun perpecahan. Begitu juga dalam konteks kita sebagai individu yang selalu dikuasai oleh hawa nafsu. Ketika berpuasa, mau tidak mau kita harus mampu meredam nafsu duniawi hingga tiba waktu berbuka.

Selain itu dengan puasa, kita bisa merasakan lapar dan dahaga, seperti yang sering dirasakan oleh saudara-saudara kita yang ‘kurang beruntung'. Tanpa itu, mungkin kita tak akan pernah bisa merasakan betapa beratnya menahan lapar dan haus selama seharian. Dari situlah kemudian tumbuh kepekaan kita terhadap penderitaan mereka. Sedangkan, secara medis sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat puasa bagi kesehatan.

Keutamaan lain Bulan Ramadhan yakni adanya Lailatul Qadr (malam berpangkat). Pada malam inilah wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW genap 30 jus, atau orang sering menyebutnya sebagai malam turunnya Al Qur'an. Barangsiapa yang bisa menemui malam tersebut, maka pahalanya sama dengan 1000 bulan atau setara dengan 80 tahun beribadah. Hanya saja, Lailatul Qadr memang menjadi rahasia Allah, sehingga kita harus berlomba-lomba mencari keutamaan dari malam itu, dengan beri'tikaf di masjid pada malam ganjil, khususnya saat memasuki 10 hari terakhir.

Semua nikmat itu tentu tidak akan datang dengan sendirinya kepada kita. Dengan kata lain, butuh perjuangan dan pengorbanan dari tiap muslim untuk bisa menggapai keindahan di bulan yang penuh rahmat tersebut. Salah satunya dengan membersihkan hati dan pikiran mulai sekarang. Misalnya, saling memaafkan atas kesalahan yang pernah diperbuat. Baik dengan orang tua, sanak saudara atau tetangganya. Dengan begitu, saat memasuki bulan Ramadhan kita tinggal memusatkan ibadah kepada Allah. Insya Allah, jika hal tersebut dapat terwujud, maka kita akan ‘terlahir kembali' sebagai manusia suci setelah Ramadhan berlalu.

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.