Rabu, 06 Januari 2010

PILKADA GRESIK 2010


Tak lama lagi 18 pemilihan kepala daerah (Pilkada) digelar di sejumlah kabupaten/kota di Jatim. Pilkada Gresik termasuk di dalamnya. Bagaimana pola pertarungan antarkekuatan politik di kawasan santri Islam Tradisional itu?

Media peraga yang berbentuk baliho, billboard, spanduk, dan lainnya ada di mana-mana. Ada gambar Husnul Khuluq dengan back ground ke-NU-annya, lalu Monash (Mohammad Nashihan) yang gaya hormat sebagaimana figur militer dan kabarnya dia adalah salah satu pengacara Syech Pudji dari Ungaran.

Ada pula gambar Bambang Suhartono--yang populer dengan sebutan Bambang Ger--yang media peraganya ada yang ber-back ground warna hijau (Islam) maupun merah (nasionalis), Sambari Halim Radianto-M Qosim yang diusung Partai Golkar Gresik, Sastro Suwito, Wabup Gresik sekarang yang mencoba peruntungan dengan masuk ke kancah pertarungan pilkada untuk merebut kursi Gresik satu, dan figur lainnya.

Huluq, Sambari, Bambag Ger, Monash, Sastro, dan lainnya adalah nama-nama yang sekarang berjuang keras merebut hati dan dukungan warga Gresik pada pilkada pertengahan tahun 2010. Siapa kira-kira yang bakal memenangkan pertarungan politik ini?

Jawabannya: tak gampang. Yang menarik dicatat dalam konteks ini, munculnya rivalitas antara incumbant versus non-incumbant, kubu establish yang menghendaki tetap berlanjutnya pola dan langgam pemerintahan lokal Gresik seperti sekarang versus kubu perubahan, dan lainnya.

Kalau kita kilas balik sedikit ke belakang, pilkada Gresik tahun 2005 mempertemukan 2 kubu yang memiliki pendukung relatif seimbang. Yakni, Robbach-Sastro versus Sambari Halim-M Nasikh. Pemenang pilkada Gresik ditentukan Pengadilan Tinggi (PT) Jatim setelah kubu Sambari mengajukan gugatan hukum atas hasil pilkada. Kubu Robbach-Satro yang dinyatakan menang.

Kiai Robbach adalah tokoh lama di Gresik. Yang bersangkutan pernah menjabat ketua NU setempat dan pengelola sebuah pondok tua di Kecamatan Dukun, Gresik. Keluarga Robbach dikenal memiliki kiprah lama dan menyejarah di NU. Sebelum reformasi 1998, keluarga besar pondok milik Robbach dan kerabatnya dikenal pendukung berat PPP.

Selama 10 tahun menjabat bupati Gresik setidaknya menegaskan kuatnya pengaruh Robbach di kalangan Islam Tradisional dan kalangan lain di Gresik, terutama di kawasan Gresik bagian utara. Karena itu, munculnya nama Husnul Khuluq sebagai cabup Gresik disebut-sebut untuk melanjutkan pola dan langgam kepemimpinan yang diterapkan Robbach selama 10 tahun terakhir di pemerintahan lokal Gresik.

Husnul Khuluq sekarang selain menjabat sekkab Gresik dan juga ketua PCNU setempat. Dua level tertinggi jabatan pemerintahan dan sosial keagamaan dipegang sekaligus. Itu jadi modal sangat berharga bagi Huluq menghadapi pilkada nanti.

Masalahnya kendaraan politik apa yang dipakai Huluq dalam pertarungan nanti? Belum ada kejelasan hingga sekarang. Tapi, kemungkinan besar adalah PKB dan Partai Demokrat (PD). Dua partai besar di Gresik yang diharapkan menjadi mesin pemenangan bagi Huluq yang di media peraganya memakai tagline "Lanjutkan" ini.

Kubu Sambari Halim-M Qosim juga mulai bergerak cukup lama untuk menggalang simpati dan dukungan pemilih Gresik. Sambari seorang pengusaha tulen dan pernah menjadi wabup berpasangan dengan Robbach di periode pertama kepemimpinan Robbach. Keduanya pecah kongsi menghadapi pilkada Gresik tahun 2005 lalu.

Yang menarik dilakukan Sambari Halim sekarang adalah pasangannya, M Qosim, birokrat tulen yang berkecimpung di bidang pendidikan. M Qosim sekarang menjabat salah satu asisten sekkab Gresik dan pernah menduduki posisi Kadinas Diknas Gresik. Dengan demikian, baik kubu Huluq maupun Sambari sama-sama berebut pengaruh dari kalangan birokrasi dan pemilih di bidang pendidikan (guru).

Bambang Ger yang diusung PDIP juga tak kalah gencar memenangkan pertarungan pilkada Gresik. Bambang Ger dikenal lihai merebut simpati dan dukungan pemilih. Terbukti pada pileg 2009 lalu, Bambang Ger adalah caleg dengan raihan suara dukungan terbanyak di antara 100 caleg terpilih yang duduk di DPRD Jatim. Bambang Ger meraih prestasi bukan di dapil Gresik, tapi di dapil Blitar, Kediri, dan Tulungagung.

Yang menarik adalah Bambang Ger berusaha menggaet tokoh NU sebagai cawabupnya, khususnya sayap NU/PKB pro Gus Dur di Gresik, yang sejak beberapa tempo lalu mendirikan posko Pondok Gus Dur. Belum ada kepastian siapa tokoh NU Gresik yang digandeng Bambang Ger. Apakah Ali Muchid, pimpinan Pondok Gus Dur, ataukah KH As'ad Toha yang menjabat dewan syuro PKB Gresik pro Gus Dur.

Kendati dikenal sebagai kawasan hijau (baca: santri), massa pendukung partai nasionalis sekuler (PDIP) di Gresik juga tak kecil. PDIP berada di ranking ketiga di bawah PKB dan PD pada pileg 2009 lalu. Pendukung PDIP di Gresik terutama berada di kawasan selatan, seperti Kecamatan Cerme, Menganti, Drioyorejo, Kedamean, dan Wringinanom.

Jika benar bahwa Bambang Ger menggaet Ali Muchid atau KH As'ad Toha, maka potret kepemimpinan nasionalis-religius (Islam Tradisional) coba diterapkan PDIP untuk memenangkan pilkada Gresik. Kalkulasi politik ini menemukan reasoning yang kuat, mengingat bahwa kawasan Gresik utara, seperti Kecamatan Manyar, Bungah, Sidayu, Dukun, Ujungpangkah, dan Panceng dikenal sebagai basis kaum santri Islam Tradisional.

Walaupun demikian, di kawasan Gresik utara itu ada pula sentra santri Islam Modernis (Muhammadiyah), terutama di Kecamatan Dukun dengan Pondok Maskumambang yang dekat dengan PBB dan Kecamatan Sidayu, kendati kuantitasnya tak sebesar komunitas Islam Tradisional.

Eksprimen politik yang dilakukan Bambang Ger dan PDIP di pilkada Gresik hasilnya efektif ketika tokoh yang digandeng populis dan tingkat elektabilitasnya tinggi. Sebab, ranah politik Islam Tradisional Gresik kemungkinan besar ada pembelahan antara elite santri Islam Tradisional dari kawasan perkotaan (Kecamatan Kota Gresik dan Kebomas) dan Gresik kawasan utara.

Mesin-mesin parpol besar di Gresik telah dipanasi menjelang pilkada pertengahan tahun 2010. Apakah PKB mampu mempertahankan dominasinya dalam percaturan politik lokal Gresik seperti 10 tahun terakhir ini. Ataukah bakal terjadi suksesi kepemimpinan secara substantif di pemerintahan lokal Gresik berdasar hasil pilkada nanti. Fakta penting yang bisa dicatat dalam perjalanan pilkada Gresik sekarang adalah menguatnya pola pertarungan politik seperti pilkada 2005 lalu.

Maksudnya, persaingan keras terjadi antara kubu Sambari Halim-M Qosim versus Husnul Khuluq yang kemungkinan besar di-back up incumbant sekarang.

Apakah Huluq mampu menapaki jejak Soekarwo yang di-back up mantan Gubernur Imam Utomo pada pilgub Jatim yang berlangsung 3 putaran. Ataukah justru Sambari Halim yang bisa mengikuti jejak Dade Angga yang sempat kalah dalam pilkada Kabupaten Pasuruan, kemudian running kembali dan menang. Ataukah ada kandidat kuda hitam yang justru leading di balik persaingan keras antara kubu Huluq versus kubu Sambari. Pertarungan sedang berjalan dan hasilnya baru diketahui 6 bulan kemudian. Selamat menonton. [air/bersambung]

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Semua calon saya liat tidak menawarkan sesuatu yang baru baru bagi GRESIK, tapi saya melihat ada yang berbeda dari konsepnya pasangan calon MOHAMMAD NASHIHAN dan SYAMSUL MA'ARIF, terus terang saya tertarik dengan konsepnya Pak Nashihan, komen2 beliau di media masa cetak maupaun televisi memberikan sebuah harapan baru bagi bagi saya untuk GRESIK yang jauh lebih baik.. saya yakin tidak akan salah pilih lagi untuk pilkada saat ini.

http://www.monashgresik.com