Selasa, 06 April 2010

Muqoyyam [SURVIVAL]






Muqoyyam kemarin {2-4 april 2010}adalah muqoyyam yang berbeda dari tahun - tahun sebelumnya yang peranah saya ikuti dan saya panitiai.
Kalau tahun-tahun sebelumnya lebuh paspek tarbiyah jasadiyah tapi yang protap tahun ini dan kedepan lebih meneklankan pada tarbiyah mental, oleh karena itu DPP mengambil tema besar yakni "SURVIVAL".
Mengajak para ustadz, dan para aleg yang mereka sudah terbiasa dengan kemapanan dalam kehidupannya sehari-hari untuk bertahan hidup dihutan liar yang tidak ada makanan seperti hanya dirumah.
Mereka para ustaadz dan para aleg yang terbiasa tidur dengan AC, berselimut tebal, dan berranjang empuk harus mau tidur beratap langit dengan kedinginan hutan gunung dan beralas matras dan rumput.
Para ustadz yang biasa memberi tauji kamipun harus mau mengikuti intruksi kami ketika muqoyyam, karena kami ditunjuk uktuk mentarbiyah jasadiyah mereka, itulah yang luar biasa dari acara muqoyyam ini.
Dan tidak ada kata yang terucap dari bibir kami sebagai panitia selain kata "Afwan ustadz" dan merekapun mengatakan Jazakallah ya akhi, disertai dengan tetesan air mata sambil kita berpelukan satu sama lain. itu akan menjadi hari yang kita rindukan dalam dakwah dan dalam tarbiyah ini.
Acara yang wajib kami jalankan ini adalah sebagai upaya penggemblengan diri, kesiapan diri, pembentukan kepribadian muslim yang cerdas dan sehat.

Ustadz Hasan Albanna pernah menulis tentang pembinaan fisik ini dalam risalahnya yang berjudul ”Ilannur” atau Menuju Cahaya, di Kairo pada bulan Rajab tahun 1336 H. (kalau dikonversikan ke tahun masehi berapa yah? Coba kita hitung 1425-1336= 89. Kurang lebih 87 tahun yang lalu.)

Beliau mengatakan: ”Setelah kita sadari bahwa bangsa yang tengah bangkit sangat membutuhkan jiwa keprajuritan yang tinggi, maka ketahuilah bahwa salah satu dari pilar-pilar yang menyangga jiwa keprajuritan tersebut adalah sehat dan kuatnya jasmani.” (Era Intermedia; 1997)

Tentu kita pernah mendengar hadits shahih ini: ”Almu`minul qowiyyu khoirun minal mu’minidhdho’iifi.” Terjemahannya adalah mukmin yang kuat itu lebih baik daripada mukmin yang lemah.
Pelajaran yang bisa diambil adalah Antum sebagai kader partai dakwah, sebagai manusia yang mengemban beratnya amanah dakwah, tidak seharusnya selalu dicekoki dan selalu diberi. Seharusnya Antum dapat berpikir inisiatif dan kreatif. Dakwah membutuhkan orang-orang yang taat, amanah dan juga seperti tadi, punya kepekaan, inisiatif, dan kreatif untuk menghadapi segala permasalahan dakwah.”

”Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan para nabi dan rasul. Jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang sepi dari pujian dan tatapan mata kekaguman orang lain. Bahkan ramai dengan caci maki, hinaan, dan siksa yang memedihkan, namun itu semua adalah ujian bagi orang-orang yang beriman. Karena iman itu perlu diuji dan dan dicoba.”

”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang yang dahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ”Bilakah datangnya pertolongan Allah?” (2:214).

”Sesungguhnya semua ujian itu adalah untuk membedakan orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta. Antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang munafik, agar dikenal siapa yang sabar dan berjihad, dan siapa yang menentang.”

”Dakwah ini perlu orang-orang yang totalitas yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memihkul beban ini, ia terhalang dari pahala besar para mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk-duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini.”

”Akankah Antum mau digantikan oleh generasi yang baru yang lebih sanggup daripada antum?”

Tidak ada komentar: