Jumat, 16 April 2010

Long Life Tarbiyah [Tarbiyah Madal Hayah]





Rijalud dakwah atau kader dakwah adalah seorang yang telah tertarbiyah secara intensif sehingga memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah, dan juga berpotensi menjadi anashirut taghyir atau agen perubah di masyarakat. Karena ia akan melakukan kerja besar yaitu merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan Islami, maka ia harus memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan masyarakat umumnya. Namun tidak semua orang harus menjadi kader karena biasanya lebih sedikit jumlahnya dibandingkan masyarakat umum. (QS 33:23). Para kader dakwah adalah mereka yang telah siap berkorban jiwa,raga dan seluruh harta bendaserta potensi yang mereka milliki (QS At Taubah : 11).
Karakter2 yang harus dimiliki kader dakwah :
1. Pemahaman Islam yang benar dan menyeluruh dari Al Qur’an & Sunnah
2. Keikhlasan yang tinggi sehingga ia menjadi pembela fikroh dan aqidah bukan membela kepentingan pribadi
3. Mengutamakan bekerja dari pada berbicara,
4. Totalitas dalam dakwah,
5. Siap berjihad dalam menegakkan syariat Allah
6. Siap berkorban dengan segala potensi yang dimilikinya
7. Memiliki ketegaran untuk mencapai cita2 dakwah sekalipun harus menempuh perjalanan dakwah yang panjang, berat & berliku.
8. Selalu taat kepada qiyadah dan jamaah.
9. Tsiqoh kepada qiyadah dan jamaah
10. Selalu memelihara kemurnian ukhuwah yang berdiri di atas landasan kasih sayang dan saling mencintai


Menurut Hasan Al Banna karakteristik kader dakwah yaitu: “rijalul qaul (orang yang pandai berbicara) tidak sama dengan rijalul ‘amal (orang yang pandai bekerja) dan rijalul ‘amal tidak sama dengan rijalul jihad (orang yang optimal dalam bekerja). Rijalul jihad pun tidak sama dengan Rijalul jihad yang muntij (produktif) wal hakim (bijaksana) yaitu orang yang mampu memberikan hasil yang optimal dengan pengorbanan yang paling kecil. Menurut beliau “Sesungguhnya orang yang pandai berbicara itu banyak, tetapi sedikit diantara mereka yang tetap konsisten ketika bekerja. Dan banyak orang yang pandai bekerja tetapi sedikit yang mampu mengemban amanah jihad yang berat dan mau bekerja keras.


Dasar-dasar Pembinaan Kader Dakwah
- Al Fahmu ad Daqid (pemahaman yang luas)
Kader dakwah yang memiliki pemahaman Islam yang benar akan terpelihara dari berbagai penyimpangan (inhirafat). Penyimpangan fikroh bersumber dari penyimpangan salah apakah penyimpangan juz’i (parsial) dan keliru.
- Al Iman al amiq (keyakinan yang kuat)
Kader dakwah harus memilliki keyakinan yang kuat dan tertanam di dalam jiwanya bahwa Islamlah satu2nya system yang mampu memenuhi kebutuhan manusia dunia dan akhirat. (QS Az Zukhruf:43). Selain itu kader juga harus meyakini bahwa Allah senantiasa bersama orang-orang yang membela agamaNya (QS Al Hajj : 40)
At Takwin al matin (pembinaan yang kokoh)


Kader dakwah dilahirkan oleh sebuah proses pembinaan yang melingkupi berbagai aspek kehidupan yaitu Shibghah Fikriyah (pembentukkan fikroh), Shibghah Ruhiyah (Pembentukkan mental spiritual), Shibghah Harakiyah (Pembentukkan Harokah). Sehingga kader memiliki ketahanan dan mampu melakukan perubahan. Tugas besar hanya bisa dilaksanakan oleh orang besar dan amanah yang berat hanya bisa diemban orang yang kuat. “Jalan dakwah tidak dihampari permadani, tidak pula ditaburi bunga melati dan minyak kasturi. Sebaliknya, jalan dakwah dipenuhi duri dan ranjau2 yang setiap saat siap meledak, dan jalan berliku penuh tikungan maut sementara jurang2 curam. Mengingat jalan dakwah begitu berat maka dibutuhkan kader2 dakwah yang tahan banting dan pantang menyerah.” Yang menjadi perhatian IM adalah Tarbiyatun nufus (mendidik jiwa), tajdidul arwah (memperbaharui semangat), taqwiyatul akhlaq (memperkokoh moral) dan tanmiyaturrajulah as shahihah (mengembangkan kepahlawan yang benar).

Tarbiyah Mutawashilah (tarbiyah yang berkesinambungan)
Proses tarbiyah dalam Islam tidak dibatasi oleh waktu, tempat, & keadaan atau di sebut tarbiyah madal hayah (tarbiyah seumur hidup) Kader dakwah berkualitas adalah kader yang mengikuti proses tarbiyah secara intensif (tarbiyah murakazah), konferensif (mutakamilah) & berjenjang (mutadarijah). Kader dakwah yang bermasalah dalam proses tarbiyahnya hampir dapat dipastikan berpotensi menimbulkan masalah, apakah masalah pribadi, keluarga, social, maupun dakwah & harokah. Tarbiyah dapat dilakukan secara mandiri (tarbiyah dzatiyah)/secara kolektif (jamaiyah). Namun tarbiyah dzatiyah tidak akan dapat mengungguli tarbiyah jamaiyah, karena sehebat dan sepintar apapun seseorang ia tidak bisa menilai dirinya sendiri secara obyektif dan syaithon sangat suka dengan orang yang menyendiri.


Sifat-Sifat Kader Dakwah
Syaikh Abdul Qodir Jailani membuat perumpamaan yang indah bagi seorang mu’min. Ia mengibaratkan mu’min yang matang proses tarbiyahnya seperti biji kurma yang ditanam di halaman sebuah rumah dengan pagar tembok mengelilinginya. Biji kurma itu kemudian merekah & menghasilkan tunas yang tumbuh subur disirami hujan serta diterangi sinar matahari. Maka jadilah ia sebuah pohon kurma yang besar, kokoh dan menjulang tinggi dengan disaksikan oleh orang banyak. Mereka bernaung di atas atap rumah yang dibuat dari ijuk yang berasal dari pohon itu sambil memunguti buah matang yang berjatuhan dari pohon itu. Pohon kurma itu terjaga dan terpelihara dari tangan2 jahat karena ada pagar tembok yang mengelilinginya. Kehidupan tarbiyah kader dakwah seperti proses pertumbuhan pohon kurma tersebut. Kader dakwah yang berkwalitas memiliki sifat2 mulia yang tercermin dari akhlak, sikap, dan prilaku sehari-harinya. Sifat2 tersebut antara lain:
a. Ubudiyah Khalishah Lillah (semangat yang tinggi untuk beribadah kepada Allah SWT)
Poros dakwah Islam berputar pada ibadah yang murni kepada Allah SWT. Melaksanakan ibadah yang fardhu dan memperbanyak yang sunnah. Sangat takut akan siksaNya dan bergetar hatinya bila dibacakan kepadanya ayat2 Al Qur’an. (QS 8 : 2)


b. Tajridus sair wal hadaf lillah (mengarahkan perasaan dan tujuan hanya untuk Allah)
Seorang kader dakwah hendaknya hanya berorientasi kepada Allah dan mencari ridho serta surgaNya. Ciri kader dakwah yang membela agama Allah adalah selalu merasakan kedekatan dengan Allah. Hatinya selalu dapat menikmati lezat dan manisnya ketaatan kepada Allah, Rosul, dan Qiyadah.


c. Rafdhutasallut al jahiliyah (menolak kekuasaan jahiliyah)
Diantara salah satu tanda akan tibanya hari kiamat adalah terjadinya penyimpangan yang sangat jauh seperti telah dijelaskan Rosululllah : “sesungguhnya akan tiba masanya tahun2 penipuan dan kebohongan. Orang2 yang bohong dianggap benar dan orang yang benar dianggap bohong. Orang yang khianat diberi amanah, sementara orang yang jujur dianggap khianat dan orang2 yang tidak tahu apa2 berbicara urusan public” (HR Ahmad).
Kader dakwah harus memiliki sifat yang jelas yakni menolak dengan segala bentuk kekuasaan jahiliyah.


d. Selalu Memilih Hidup Serius
Sifat ini banyak dimiliki para sahabat dan generasi unggul dari kalangan tabi’in, serta generasi penerus seperti Umar bin Abdul Aziz, Ahmad bin Hanbal, para fuqaha, mujahidin, du’at yang telah menyerahkan seluruh kemampuan diri untuk mempengaruhi kehidupan dengan syariat Islam. Begitu juga seharusnya kader dakwah.


e. Tha’atul jama’ah wal qiyadah (mentaati jama’ah dan pemimpin)
Khalifah Umar bin Khotob berkata “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, tidak ada jama’ah tanpa imarah (kepimpinan) dan tidak ada imarah (kepemimpinan) tanpa taat (disiplin organisasi).


Ciri2 kader yang taat diantaranya adalah:
a. Taat disaat giat dan malas, disaat susah dan mudah, baik disukai/tidak.
b. Sur’atul Istijabah (segera menyambut dan melaksanakan perintah)
c. Taharrid diqqoh (melaksanakan perintah dengan tepat dan akurat)
d. Tidak meninggalkan tugas tanpa izin qiyadah dan tidak mudah meminta izin kecuali dalam keadaan sangat darurat.
e. Ats tsabat ‘alat thoriqi dakwah (konsisten dijalan dakwah)
Konsisten di jalan dakwah merupakan salah satu konsekuensi iman. Iman bukanlan sekedar kata2 yang diucapkan melankan kewajiban dan tanggung jawab serta jihad yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan.
Agar kader dakwah tetap konsisten di atas jalan dakwah maka ada Anashirut Tsabit (faktor2 pendukung konsistensi) yang perlu diperhatikan yaitu :
- Dawamuluju ilallah (senantiasa kembali kepada Allah)
- Taqorrub ilallah menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap muslim. Semakin dekat seseorang dengan Allah semakin besar peluangnya untuk mendapatkan rahmatNya ialah istiqomah di jalan dakwah.
- Ma’rifatu thobi’atu thoriq (mengenal karakter jalan dakwah)
Diantara karakter jalan dakwah adalah jalan yang panjang, bertingkat, dan banyak rintangan. Setiap kader dakwah harus memperkuat dirinya dengan kesabaran, nafas panjang, dan memahami bahwasanya ia mungkin saja meninggal lebih dulu sebelum melihat kemenangan. Yang penting ia mati di jalan Allah.
Adamu tanazu’ (menghindari konflik internal)
- Konflik internal biasanya terjadi disebabkan ta’adud qiyadah (dualisme kepemimpinan) dan ta’adud taujihat (banyaknya sumber arahan) / bila hawa nafsu yang mengarahkan pendapat dan pemikiran (QS Al Anfal : 46)

Selasa, 06 April 2010

Muqoyyam [SURVIVAL]






Muqoyyam kemarin {2-4 april 2010}adalah muqoyyam yang berbeda dari tahun - tahun sebelumnya yang peranah saya ikuti dan saya panitiai.
Kalau tahun-tahun sebelumnya lebuh paspek tarbiyah jasadiyah tapi yang protap tahun ini dan kedepan lebih meneklankan pada tarbiyah mental, oleh karena itu DPP mengambil tema besar yakni "SURVIVAL".
Mengajak para ustadz, dan para aleg yang mereka sudah terbiasa dengan kemapanan dalam kehidupannya sehari-hari untuk bertahan hidup dihutan liar yang tidak ada makanan seperti hanya dirumah.
Mereka para ustaadz dan para aleg yang terbiasa tidur dengan AC, berselimut tebal, dan berranjang empuk harus mau tidur beratap langit dengan kedinginan hutan gunung dan beralas matras dan rumput.
Para ustadz yang biasa memberi tauji kamipun harus mau mengikuti intruksi kami ketika muqoyyam, karena kami ditunjuk uktuk mentarbiyah jasadiyah mereka, itulah yang luar biasa dari acara muqoyyam ini.
Dan tidak ada kata yang terucap dari bibir kami sebagai panitia selain kata "Afwan ustadz" dan merekapun mengatakan Jazakallah ya akhi, disertai dengan tetesan air mata sambil kita berpelukan satu sama lain. itu akan menjadi hari yang kita rindukan dalam dakwah dan dalam tarbiyah ini.
Acara yang wajib kami jalankan ini adalah sebagai upaya penggemblengan diri, kesiapan diri, pembentukan kepribadian muslim yang cerdas dan sehat.

Ustadz Hasan Albanna pernah menulis tentang pembinaan fisik ini dalam risalahnya yang berjudul ”Ilannur” atau Menuju Cahaya, di Kairo pada bulan Rajab tahun 1336 H. (kalau dikonversikan ke tahun masehi berapa yah? Coba kita hitung 1425-1336= 89. Kurang lebih 87 tahun yang lalu.)

Beliau mengatakan: ”Setelah kita sadari bahwa bangsa yang tengah bangkit sangat membutuhkan jiwa keprajuritan yang tinggi, maka ketahuilah bahwa salah satu dari pilar-pilar yang menyangga jiwa keprajuritan tersebut adalah sehat dan kuatnya jasmani.” (Era Intermedia; 1997)

Tentu kita pernah mendengar hadits shahih ini: ”Almu`minul qowiyyu khoirun minal mu’minidhdho’iifi.” Terjemahannya adalah mukmin yang kuat itu lebih baik daripada mukmin yang lemah.
Pelajaran yang bisa diambil adalah Antum sebagai kader partai dakwah, sebagai manusia yang mengemban beratnya amanah dakwah, tidak seharusnya selalu dicekoki dan selalu diberi. Seharusnya Antum dapat berpikir inisiatif dan kreatif. Dakwah membutuhkan orang-orang yang taat, amanah dan juga seperti tadi, punya kepekaan, inisiatif, dan kreatif untuk menghadapi segala permasalahan dakwah.”

”Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan para nabi dan rasul. Jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang sepi dari pujian dan tatapan mata kekaguman orang lain. Bahkan ramai dengan caci maki, hinaan, dan siksa yang memedihkan, namun itu semua adalah ujian bagi orang-orang yang beriman. Karena iman itu perlu diuji dan dan dicoba.”

”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang yang dahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ”Bilakah datangnya pertolongan Allah?” (2:214).

”Sesungguhnya semua ujian itu adalah untuk membedakan orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta. Antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang munafik, agar dikenal siapa yang sabar dan berjihad, dan siapa yang menentang.”

”Dakwah ini perlu orang-orang yang totalitas yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memihkul beban ini, ia terhalang dari pahala besar para mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk-duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini.”

”Akankah Antum mau digantikan oleh generasi yang baru yang lebih sanggup daripada antum?”