Ibroh : ITersebutlah uang seribu dan seratus ribu sama-sama baru keluar dari
percetakan uang. Mereka saling berkenalan sambil mengingat nomor seri
masing-masing. Lalu mereka berpisah.
Tiga bulan kemudian mereka bertemu kembali dengan keadaan yang sudah
berubah. Uang seribu menjadi sangat lecek tidak karuan sedangkan uang
seratus ribu masih gagah.
“Lho kok kamu lecek sekali, kenapa?” tanya uang seratus ribu kepada
uang seribu.
“Aku banyak dipakai orang. Dari ibu-ibu belanja ke warung lalu ke
tangan pom bensin, ke pasar, ke tukang parkir, toilet umum dan begini
akhirnya diriku,” jawab uang seribu.
“Oh pantaslah jika begitu, aku masih pindah-pindah tangan tertentu
saja dan kebanyakan disimpan di dompet, paling-paling ke mall atau
restoran mahal. Itu pun mereka pasti hati-hati memegangku,” ujar uang
seratus ribu menjelaskan.
“Iya tapi kamu tidak punya pengalaman istimewa,” ujar uang seribu.
“Apa tuh?” tanya uang seratus ribu.
“Aku punya banyak pengalaman masuk kotak amal mesjid dan
kencleng-kencleng amal,” jawab uang seribu dengan bangganya.
“Oh iya, ya,” Aku sedih karena aku adalah uang yang paling banyak digunakan untuk kemaksiatan, jangankan ke kotak amal masjid bahkan aku lebih sering masuk diskotik, membeli miras, ganja, digunakan nyogok dan sering kali dikorupsi.
“Kapan aku punya pengalaman seperti kamu ya, sering masuk kotak amal,”
Kelihatannya saja aku masih bagus tampilan dari luar, tapi tidak seperti kamu banyak digunakan untuk yang bermanfaat
.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar