Selasa, 26 Mei 2009


Peran Media dalam Dakwah Islam


Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Alat untuk Menghancurkan Sebuah Generasi.
Pakar komunikasi Rogers & Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yg disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yg menyebar melalui media massa akan memiliki dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jk para tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lain, Lazarfield menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan sangat mempengaruhi masyarakat penerimanya.
Peran merusak dari media komunikasi modern, khususnya TV terhadap sebuah generasi menurut penulis dapat dilihat dari dua aspek sbb :
Ø Aspek kehadirannya : Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari2 dalam keluarga muslim dan muslimah. Sebagai contoh adalah, waktu selepas maghrib yang biasanya digunakan anak2 muslim/ah untuk mengaji dan belajar agama berubah dengan menonton acara2 yang kebanyakan tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Sementara bagi para remaja dan orangtua, selepas bekerja atau sekolah dibandingkan datang ke pengajian dan majlis2 taâlim atau membaca buku, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana dakwah yang luarbiasa, sesuai dengan teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang tertinggi dalam membentuk kepribadian seseorang maupun masyarakat, asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai2 yg Islami.
Ø Aspek Isinya : Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa diantaranya adalah mengenai penokohan/orang2 yang diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha untuk ikut mendidik bangsa dan masyarakat dengan menokohkan para ulama ataupun ilmuwan serta orang2 yang dapat mendorong bagi terbangunnya bangsa agar dapat mencapai kemajuan (baik IMTAK maupun IPTEK) sebagaimana yang digembar-gemborkan, sebaliknya justru tokoh yang terus-menerus diekspos dan ditampilkan adalah para selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghambur2kan uang (tabdzir) jauh dari memiliki IPTEK apalagi dari nilai2 agama. Hal ini jelas demikian besar dampaknya kepada generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya hidup serta cita2nya dan tentunya pada kualitas bangsa dan negara. Produk lain dari GF yang menonjol dalam media TV misalnya, adalah porsi film2 yang Islami yang hampir2 boleh dikatakan tidak ada, 90% film yang diputar adalah bergaya hidup Barat, sisanya adalah film nasional (yang juga meniru Barat), lalu diikuti film2 Mandarin dan film2 India. Hal ini bukan karena tidak adanya film2 yg islami atau kurangnya minat pemirsa thd film2 islami, karena penayangan film the message misalnya menimbulkan animo yg luar-biasa dikalangan masyarakat atau film seperti Children of Heaven mampu mendapatkan award untuk film anak budaya terbaik dunia. Tetapi masalahnya memang lebih karena tidak adanya political-will dikalangan pengelola stasiun TV yg ada.

Ghazwul fikri [perang pemikiran]
Setidaknya ada beberapa cara yang digunakan pers Barat untuk menyebarkan berita-berita (news) dan opini/ide (views) yang mengeliminasi Islam. Yang pertama adalah tasykik, yaitu suatu upaya untuk menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya. Ujung-ujungnya, hal itu sanggup meruntuhkan keyakinan umat Islam dalam mempercayai Islam yang berlandaskan al-Qur'an dan Sunnah. Kemudian cara yang kedua adalah tasywih, yakni upaya untuk menghilangkan kebanggaan kaum Muslimin terhadap Islam dengan cara memberikan gambaran Islam secara buruk. Islam itu sadis, kejam, dan mengajarkan terorisme. Hal ini akan membuat kaum muslinin rendah diri dan pesimis atas agamanya sendiri.
Berikutnya yang ketiga adalah tadzwib, yaitu upaya pelarutan budaya dan pemikiran dari kaum muslimin, sehingga tak ada jarak antara pemikiran dan budaya Islam dengan pemikiran dan budaya bukan Islam, tidak jelas mana hitam yang bathil dan mana putih yang haq, semuanya “diabu-abukan”. Hal ini yang mendasari menancapnya pluralisme dan sinkretisme di benak kaum muslimin. Dan yang keempat adalah taghrib, yakni upaya untuk mengeringkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang hedonis, salibis-zionis hingga atheis. Empat senjata inilah yang terus ditikamkan oleh pers Barat ke tubuh kaum muslimin.
Sayangnya kita belum memiliki perisai yang cukup tangguh untuk menghindari tikaman senjata itu. Kita lebih sering terluka dan melawan dengan tertatih-tatih menghadapi serangan mereka. Tidak banyak diantara kaum muslimin yang sadar akan lemahnya umat Islam di dunia pers dan penguasaan dunia jurnalistik. Masih sangat sedikit diantara para pecinta Rasulullah yang sadar bahwa bahasa tulis bisa melintasi dimensi waktu lebih lama, melewati batas ruang lebih mudah, dan tercerap lebih mudah di benak karena visualisasi teks yang dibaca.
Harusnya kita tahu peran strategis penguasaan media massa dalam dakwah Islam. Gara-gara dibantu kekuatan pers, Lenin mencapai titik puncak gerakan revolusi di Uni Soviet dan berkata, “Waspadalah terhadap kekuatan pers!”. Sementara itu, J.F. Kennedy, salah satu dari beberapa presiden Amerika Serikat yang tewas terbunuh saat berkuasa justru menyatakan bahwa ia lebih takut kepada seorang wartawan ketimbang seribu tentara. Bahkan jauh-jauh hari, Sayyidina Ali karomaLlahu wajhah pernah berkata, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”, karena, masih kata beliau, “Tulisan adalah tamannya para ulama”. Jadi, sudah saatnya kita mengambil alih dominasi Barat dalam dunia pers kita, khususnya dalam menghindarkan kaum muslimin dari empat senjata pers Barat yang telah tersebut tadi. Allah berfirman, “Oleh sebab itu, siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian.” (QS al-Baqarah [2]: 194), dan juga, “Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan apa saja yang mampu kalian (persiapkan), dan juga menambatkan kuda. Dengannya, kalian akan bisa menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian.” (QS al-Anfal [8]: 60).
Harus diingat bahwa dakwah Islam harus dikerjakan secara profesional. Betul, karena jika dakwah tidak dilakukan dengan profesional, akan terbuktilah ucapan Imam Ali ibn Abi Thalib, “Al-Haqq bi la nidzam yaghlibuhu al-bathil bi al-nidzam”, kebenaran yang tidak di-manage secara profesional akan dihancurkan oleh kebatilan yang di-manage secara profesional. Inti profesionalisme ada tiga, yaitu: (1) kafa’ah, maksudnya cakap atau ahli dalam profesi yang dilakukan; (2) himmatul-‘amal, adalah memiliki semangat atau etos kerja yang tinggi; dan (3) amanah, yakni bertanggung jawab dan terpercaya dalam menjalankan setiap tugas atau kewajibannya.
Maka dalam menajamkan peran pers Islam, setidaknya harus dilakukan langkah-langkah berikut:
Memberikan pemahaman pada kaum muslimin akan perang pemikiran yang dilancarkan musuh-musuh Islam untuk membinakan Islam.
Menyadarkan kaum muslimin akan peran strategis pers dalam membentuk pemahaman umum, dan lemahnya pers Islam kini.
Meningkatkan kemampuan kaum muslimin dalam menulis, mengelola pers dan menciptakan inovasi-inovasi dalam dunia jurnalistik.
Mengajak seluruh komponen umat untuk bekerjasama menajamkan peran pers untuk dakwah Islam, bagi yang mampu mendanai memberikan bantuan finansial, bagi pemerintah memberikan kemudahan dan fasilitas yang memadai dan bagi insan pers muslim berusaha keras untuk melawan dominasi news dan views Barat.
Dimulai dari yang kecil, dimulai saat ini, tapi mari kita mulai bersama-sama.
InsyaALlah, jika hal tersebut dipahami dan dilakukan kaum muslimin, maka perisai kita akan sanggup menghadapi tebasan senjata pers Barat.


Pembentukan Opini
Islam terus dikesankan sebagai ajaran yang angker. Tak diragukan lagi, upaya ini ditopang oleh media-media massa Barat secara kolektif. Media-media barat dapat dikatakan sebagai eksekutor konspirasi Islamphobia. Hal ini lah yang membuat kalangan budaya dan media-media massa dunia Islam gencar mereaksi propaganda Barat yang menyudutkan Islam. Terkait hal ini, konferensi yang mengangkat topik, Tugas Kolektif Media-Media Massa dan Teknologi Informasi dalam Meluruskan Informasi Islam, digelar di Tunisia pada tanggal 5 hingga 7 Mei. Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) sebagai penyelenggara konferensi tersebut, berupaya menentukan visi bersama di kalangan media-media massa dunia Islam, dalam rangka menghadapi segala bentuk Islamphobia yang dikembangkan oleh Barat.
Di Barat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Hingga kini, beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam, telah ditayangkan. Sebagai contoh, film Fitna adalah salah satu film yang benar-benar menyimpangkan Islam dan Al-Quran. Lebih dari itu, berita-berita minor sedemikian rupa dikemas media-media massa Barat untuk mengambarkan penganut ajaran Islam yang radikal dan terbelakang. Hal itu dapat dilihat dari pemberitaan minor dan penyimpangan fakta yang terjadi di Palestina, Irak dan Afghanistan. Media-media Barat dari koran, radio hingga televisi, secara kompak mempropagandakan anti Islam melalui artikel dan karikatur-karikatur yang mendiskreditkan agama ini. Denmark adalah negara yang cukup diikenal mempublikasikan karikatur penghinaan terhadap Nabi Besar Muhammad Saw, bahkan hal itu dilakukan hingga beberapa kali.
Kini, ummat Islam sangat menyadari bahwa media dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk menghadapi propaganda anti Islam. Melalui media, ummat Islam juga dapat meng-counter isu-isu minor yang memojokkan agama ini. Dengan demikian, ummat Islam menggunakan senjata yang juga digunakan oleh Barat dalam menyerang Islam, yaitu media. Salah satu contoh untuk mencerminkan wajah Islam yang sebenarnya adalah membuat film kehidupan Rasulullah Saw dengan mencerminkan budi bekerti dan akhlak mulia sosok ini, khususnya perilaku beliau Saw dengan pemeluk agama lain. Selain itu, hal yang juga dapat dilakukan adalah penulisan buku, makalah dan wawancara dengan para pakar yang mengulas tentang potensi ajaran Islam untuk menyelesaikan problema manusia yang sekaligus menjawab isu-isu miring tentang agama langit ini. Meski sebagian agenda dalam meng-counter propaganda anti Islam sudah dilakukan, namun upaya itu masih belum cukup menyusul propaganda luas Barat yang terus menyuarakan anti Islam.
Untuk menghadapi serangan media Barat terhadap Islam, kendala utama adalah tidak adanya koordinasi antarmedia Islam. Pada saat yang sama, media-media Barat secara kompak menyudutkan Islam. Sebagai contoh, tidak lama setelah koran Denmark mempublikasikan karikatur penistaan terhadap Rasulullah Saww, koran-koran Barat lainnya melakukan hal yang sama. Ditambah lagi, propaganda anti Islam dipublikasikan media-media Barat dengan menyebutkan berbagai alasan dan justifikasi. Semua itu dilakukan oleh media-media massa Barat dengan koordinasi yang baik. Namun sangat disayangkan, koordinasi antarmedia tidak ditemukan di dunia Islam.
Salah satu kendala lain yang dihadapi media-media Islam adalah tidak adanya sensitivitas dalam mendakwahkan Islam. Sangat disayangkan pula, media-media Islam tidak mempunyai kepercayaan diri dalam menghadapi propaganda anti Islam, bahkan menilai pembelaan atas Islam sebagai hal yang bukan bagian dari tugasnya. Padahal konsumen mereka adalah ummat Islam sendiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama mereka.
Konferensi Tugas Kolektif Media-Media Massa dan Teknologi Informasi dalam Meluruskan Informasi Islam di Tunisia mengimbau media-media Islam untuk bersikap tidak acuh dalam menghadapi propaganda anti Islam. Akan tetapi hal yang harus diperhatikan bahwa upaya pengenalan nilai dan budaya Islam membutuhkan konsentrasi dan spesialiasi di bidang ini. Hal ini juga harus diimplementasikan oleh para pakar Islam. Sebab, pengenalan yang salah sama halnya mencoreng wajah Islam itu sendiri.
Para peserta konferensi media yang digelar di Tunisia, juga menginginkan pengoperasian televisi yang menayangkan dialog antartokoh agama dan cendikiawan. Dengan cara itu, batas kebebasan berpendapat dapat diperjelas dan segala langkah yang bersifat pelecehan atas Islam, tidak dibenarkan. Sebab, Barat dengan alasan kebebasan berpendapat membenarkan segala ekspresi. Melalui alasan itu, media-media Barat menghina Nabi Besar Muhammad Saww dan melecehkan nilai-nilai islam yang diyakini oleh lebih dari satu setengah milyar warga dunia.
Di konferensi itu juga dirancang kinerja untuk program pendidikan dan dakwah dalam menghadapi dampak-dampak Islamphobia. Salah satu programnya adalah menyisipkan mata kuliah di kampus-kampus mengenai metode anti Islam yang diterapkan Barat dan cara menghadapinya.
Saat ini, media-media Islam mempunyai peran penting dalam menghadapi propaganda anti Islam yang digembar-gemborkan Barat. Meski media-media Islam mempunyai fasilitas yang terbatas, namun mereka bisa melakukan koordinasi yang lebih bagus guna mencerminkan wajah Islam yang sebenarnya. Melalui koordinasi yang kokoh, ambisi media-media Barat dalam memojokkan Islam dapat diantipasi dengan baik.
ü Penutup
Terakhir, perlu diketahui bahwa penjajahan melalui media komunikasi adalah jauh lebih jahat dan berbahaya dari penjajahan fisik. Dari sisi biaya, peperangan fisik membutuhkan biaya yg sangat mahal, sementara peperangan media hanya membutuhkan biaya yg murah dan bahkan dapat dikembalikan (melalui iklan). Dari sisi persenjataan yg digunakan, peperangan fisik menggunakan berbagai senjata canggih yg mahal dan berat, sedangkan peperangan media cukup menggunakan film2, diskusi topik dan iklan. Dari sisi jangkauan, peperangan fisik hanya dibatasi di front2 pertempuran saja, sementara penjajahan media bisa sampai ke setiap rumahjauh di pelosok2 dan di pedalaman. Terakhir dari sisi obyek, dlm peperangan fisik obyek merasakan dan mengadakan perlawanan, sementara melalui peperangan media obyek sama sekali tidak merasa dan bahkan menjadikan penjajahnya sebagai idola. Maka menghadapinya, hanya sebagian kecil orang yg dirahmati ALLAH SWT sajalah yg mampu bersikap mawas, lalu berdisiplin melakukan filterisasi serta terus berjuang membebaskan masyarakat dari makar yg luar-biasa hebatnya ini, Maha Benar ALLAH SWT yg telah berfirman : DAN SUNGGUH MEREKA ITU TELAH MEMBUAT MAKAR YG AMAT BESAR, DAN DISISI ALLAH-LAH (BALASAN) MAKAR MEREKA ITU. DAN SESUNGGUHNYA MAKAR MEREKA ITU HAMPIR-HAMPIR DAPAT MELENYAPKAN GUNUNG-GUNUNGPUN (KARENA BESARNYA). (Ibrahim, 14:46). Maka ambillah pelajaran wahai orang2 yg berakal…

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Dakwah memerlukan banyak media sebagaimana kebatilan kini didukung dan disebarkan oleh banyak media. Semangat!