Kamis, 14 April 2011

Dakwah Tidak Bisa Dipikul Oleh Orang yang Manja


Dalam perjalanan ke Najed, Abu Musa Al Asy ari RA meriwayatkan “Dalam perjalanan itu kami keluar bersama Rasullullah SAW. Waktu itu kami enam orang bergantian mengendarai satu unta. Seorang naik unta secara bergantian. Sambil menunggu giliran kami harus menempuh perjalanan yang panjang, sehingga telapak kaki kami pecah-pecah dan kuku-kukunya pun copot. Waktu itu kami balut kaki kami dengan sobekan kain sehingga aku menyebut peperangan itu
Dakwah Tidak Dapat Dipikul Oleh Orang yang Manja
Oleh: Ustadz Dh Al-Yusni

perang Dzatur Riqaa’ ‘Sobekan Kain’. Abu Musa Al Asy’ari menyebutkan hadits ini tetapi kemudian ia tidak menyukainya. Seolah-olah dia tidak suka untuk menceritakan pengalamannya.

Dalam riwayat Ibnu Ishaq dan Ahmad dari Jabir bin Abdullah RA ia menceritakan, “Kami berangkat bersama Rasullah SAW pada perang Dzatur Riqaa’. Pada kesempatan itu tertawanlah seorang wanita musyrikin. Setelah Rasullullah berangkat pulang, suami wanita itu yang sebelumnya tidak ada di rumah baru saja dating. Kemudian lelaki itu bersumpah tidak akan berhenti mencari sebelum dapat mengalirkan darah para sahabat Muhammad SAW. Lalu lelaki itu keluar mengikuti jejak perjalanan Rasullullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasullullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasullulah SAW bersama para sahabat berhenti. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah diantara kalaian yang bersedia menjaga kita mala mini ?” Jabir berkata, “Maka majulah seorang dari muhajirin dan seorang lagi dari Anshar lalu keduanya menjawab. ‘Kami siap untuk berjaga ya Rasullullah’. Nabi Muhammad SAW berpesan ‘Jagalah kami di mulut lorong ini’” Jabir menceritakan waktu itu, Rasullullah SAW bersama para sahabat berhenti di lorong suatu lembah.

“Ketika kedua orang sahabat itu keluar ke mulut lorong, sahabat Anshar berkata pada sahabat Muhajirin. ‘Pukul berapa engkau inginkan aku berjaga apakah permulaan malam ataukah akhir malam ?’ Sahabat Muhajirin menjawab ‘Jagalah kami di awal malam’ Kemudian sahabat Muhajirin itu berbaring dan tidur. Sedangkan sahabat Anshar melakukan shalat, Jabir berkata, datanglah lelaki musyrikin itu dan ketika mengenali sahabat Anshar dia paham bahwa sahabat itu sedang bertugas jaga. Kemudian orang itu memanahnya tepat mengenai dirinya. Lalu sahabat Anshar mencabutnya kemudiah berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian orang musyrikin itu memanahnya lagi dan tepat mengenainya lagi, lalu sahabat itu mencabut kembali anak panah itu kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian untuk ketiga kalinya orang itu memanah kembali sahabat Anshar tersebut dan tepat mengenai dirinya. Lalu dicabut pula anak panah itu kemudian dia rukuk dan sujud. Setelah itu ia membangunkan sahabat Muhajirin seraya berkata, ‘Duduklah karena aku telah dilukai.’ Jabir berkata,”Kemudian sahabat Muhajirin itu melompat mencari orang yang melukai sahabat Anshar itu. Ketika orang musyrikin itu melihat keduanya ia sadar bahwa dirinya telah diketahui maka ia pun melarikan diri. Ketika sahabat Muhajirin mengetahui darah yang melumuri sahabat Anshar, ia berkata.’Subhanallah kenapa engkau tidak membangunkan aku dari tadi ?’ Sahabat Anshar menjawab,’Aku sedang membaca surat dan aku tidak ingin memutusnya, namun setelah orang itu berkali-kali memanahku barulah aku rukuk dan memberitahukan dirimu. Demi Allah SWT kalau bukan karena takut mengabaikan tugas penjagaan yang diperintahkan Rasullullah SAW kepadaku niscaya nafasku akan berhenti sebelum aku membatalkan shalat.”

Kesetiaan Memenuhi Seruan Dakwah. Indikasi Sikap Militan Kader.

Perjalanan dakwah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kegemerlapan dan kesenangan melainkan ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan berat. Telah banyak kita dapati sejarah orang-orang terdahulu yang merasakan perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus meninggalkan kaum kerabatnya ada pula yang diusir dari kampong halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang banyak tersebut bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap dakwah.

Abu Musa Al Asya arid an para sahabat lainnya-Semoga Allah SWT meridhlai mereka- telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kukunya copot. Namun mereka arungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikit pun bahkan mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan mereka dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanannya dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini.

Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan maka dakwah ini tumbuh bersemi dan generasi berikutnya memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu merupakan karunia yang diberikan Allah SWT melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah meridhlai mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.

Mereka telah mengalami langsung apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al Quran surat At taubah ayat 42, berikut :

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah : “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.”

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat tabah meniti perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotic untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan. Penyakit wahn telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai resiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.

Tidak ada komentar: