Kupahami
Perjalanan Matahari-Mu
Kupahami segala lupa, dan sejarah yang kutulis tanpa kesungguhan.
Kupahami segala lupa, dan sejarah yang kutulis tanpa kesungguhan.
Ingin
kumulai hari-hari Bernash, kupertaruhkan langkah.
Dan segera kupahami, betapa berharganya kemilau embun yang memantulkan gema adzan pada permulaan pagi, setiap tanggal,
setiap kebangkitan dari kematian kecil.
Dan segera kupahami, betapa berharganya kemilau embun yang memantulkan gema adzan pada permulaan pagi, setiap tanggal,
setiap kebangkitan dari kematian kecil.
Dan
aku menghadap-Mu membayar khilaf masa lalu…
Transendental,
Menurut Kamus bahasa Besar Indonesia adalah :
(1) menonjolkan hal-hal yg bersifat
kerohanian;
(2) sukar dipahami;
(3) gaib;
(4) abstrak
(2) sukar dipahami;
(3) gaib;
(4) abstrak
Berasal
dari kata dasar Transenden, yang berarti (1) di luar segala kesanggupan manusia; luar
biasa; (2) utama.
Catatan
Kali ini, bukan tentang Idealisme Transendentalnya Immanuel Kant atau Bilangan
Transenden dalam Istilah Kalkulus . Namun
tentang satu kejadian dalam perjalanan hidup, yang mungkin dialami saya,
anda atau orang-orang disekeliling kita, dan menjadikan “Habis gelap Terbitlah
Terang”, salah satunya tentang Umar Bin Khatab Ra. yang pertama kali saya baca
ketika SMP, dalam buku 30 kisah teladan. Juga beberapa kisah lainnya…
Pada
masa Jahiliyah, Ia pernah Mengubur hidup-hidup anak perempuannya, mengikuti
tradisi kaum Arab Jahiliyah. Pada awal Nabi Muhammad menyebarkan Islam pun, ia
termasuk salah seorang yang menentangnya. Dan pada suatu hari ketika ia
bermaksud membunuh Rasulullah, ia memperoleh kabar bahwa saudari kandungnya
telah memeluk agama islam, dan ketika didatangi, saudaranya yang sedang
membaca Al Qur’an (surat Thoha), kemarahannya ia lampiaskan dengan memukul
saudaranya tersebut hingga berdarah, namun ia menjadi iba dan memintanya agar
dapat melihat bacaan tersebut. Dan Subhanallah, Ia begitu terguncang
dengan kandungan Al Qur’an tersebut, hingga akhirnya ia memeluk islam pada hari
itu juga. Ia akhirnya menjadi salah seorang Shahabat Rasul, dan salah satu
diantara 10 Shahabat rasul yang telah di jamin masuk Surga, Subhanallah.
Ia pun menjadi salah seorang Khulafur Rasyidin, Menggantikan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Di masa
Kekhalifannya lah, Islam berkembang dengan pesat, bahkan kerajaan Romawi dan
Persia ditaklukkan dalam waktu satu tahun.
Kisah
Lainnya adalah sepupu Rasulullah, Abu Sufyan Bin Harits, yang bersama putranya Jafar, mendatangi rasulullah untuk
memeluk agama Islam, setelah selama 20 tahun memerangi Rasulullah. Keraguannya
dengan Agama Nenek Moyang sebetulnya sudah mulai ada saat Perang Badar, pada
waktu itu ia melihat kejadian yang mengherankan dirinya, ketika melihat pasukan
berpakaian serba putih turun dari langit membantu pasukan Kaum Muslimin. Ia
menjadi salah satu Shahabat dekan Rasul, dimana pada saat Perang Hunain, ia
termasuk dari delapan orang yang tidak beranjak pergi meninggalkan Rasul ketika
Pasukan Muslim tercerai berai, dan tetap memegangi Tali Kekang Kuda Rasul,
dengan Harapan Ia bertekad melakukan Jihad Fi Sabilillah.
Ibrahim Bin Adham, salah seorang Sufi ternama. Latar Belakangnya adalah
seorang Raja, yang bergelimang harta dan kemewahan. Suatu malam Ia berdialog
dengan suara yang didengar dari atap, dan kalimat “Tuan yang Gila, karena
mencari Allah di dalam Istana,” membuatnya tersentak dan menjadi gelisah,
hingga akhirnya ia memiliki keyakinan untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah, dan menjadi Ulama yang terkenal Zuhud dan Tawadu.
Momen
Transendental, adalah sebuah Hidayah dari Allah,
yang datangnya tidak setiap waktu dalam hidup kita. Saya sendiri pernah
mengalaminya karena akibat salah pergaulan, hal – hal yang dibenci dan dimurkai
oleh Allah senantiasa saya kerjakan, berkelahi & tawuran adalah kesenangan.
Rokok, miras, bahkan sampai ganja dan obat terlarang adalah konsumsi hampir setiap
hari. Dan kemudian Allah memberikan moment transendental sehingga saya mampu
menjauhi semua kemaksiatan – kemaksiatan yang sudah menjadi kebiasaan
jahiliyah. Tentu itu semua patut disyukuri dengan berpegang teguh pada tali Agama
Allah dan berjuang dijalanNya.kalau dulu dijalan yang salah selalu berani dan
tidak ada rasa takut, maka kenapa sekarang berada dijalan yang insya Allah
benar harus takut! Seperti halnya Umar Ibnul Khotob.
Saudara
sekalian perjalanan kita di Bumi Allah ini hanyalah sementara, bagi
Hamba-hambaNya yang Sholeh, tentu menjaga keimanan dan
tetap Istiqomah dijalanNYA, adalah sebuah keharusan, dan tidak sedikit
pula HambaNya yang masih jauh dari perjalanan kepadaNya, yang bisa saja suatu
waktu Allah akan memberikan HidayahNya. Namun tentu saja kita harus
pandai-pandai menyikapi Sinyal yang Allah berikan melalui hidayahNya tersebut.
Karena waktu terus bergulir,
dia takkan pernah menunggu kita, dan kita akan terus
menjadi tua ketika berbuat dosa, namun…kita
akan tetap muda untuk melakukan tobat kepadaNYA. Jika Momen itu datang
kepada kita, maka pikirkanlah bahwa itu adalah kesempatan
terakhir bagi kita, mungkin, kita tidak akan pernah menemuinya lagi. Dan
Allah adalah Maha Penerima tobat untuk para HambaNYA.
Apakah
kita pernah mengalami kejadian yang membuat kita semakin “Klik” dengan Allah ?
tentunya jawabannya kita harus introspeksi diri, dan simpan dalam hati
masing-masing. Yang terutama, adalah kesadaran kita dalam Mengingat Allah dan Mengingat Kehidupan Akhirat,
semakin diperkuat agar di sisa usia kita ini, dalam perjalanan memperoleh
RidhoNya, dan memperbanyak Bekal untuk kehidupan Akhirat, tidak lagi terbuang
percuma karena kita terlena kehidupan sementara, dan pada akhirnya kita akan
kecewa dan menyesal.
Terkadang
Usia panjang masanya, tetapi sedikit manfaatnya. Terkadang Usia itu pendek
masanya, akan tetapi lebih banyak manfaatnya…(Ibnu Athailah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar