Rabu, 25 April 2012

Kita dan Hidayah Allah


Kupahami Perjalanan Matahari-Mu
Kupahami segala lupa, dan sejarah yang kutulis tanpa kesungguhan.
Ingin kumulai hari-hari Bernash, kupertaruhkan langkah.
Dan segera kupahami, betapa berharganya kemilau embun yang memantulkan gema adzan pada permulaan pagi, setiap tanggal,
setiap kebangkitan dari kematian kecil.
Dan aku menghadap-Mu membayar khilaf masa lalu…

Transendental, Menurut Kamus bahasa Besar Indonesia adalah :
(1) menonjolkan hal-hal yg bersifat kerohanian;
(2) sukar dipahami;
(3) gaib;
(4) abstrak

Berasal dari kata dasar Transenden, yang berarti (1) di luar segala kesanggupan manusia; luar biasa; (2) utama.
Catatan Kali ini, bukan tentang Idealisme Transendentalnya Immanuel Kant atau Bilangan Transenden dalam Istilah Kalkulus .  Namun tentang  satu kejadian dalam perjalanan hidup, yang mungkin dialami saya, anda atau orang-orang disekeliling kita, dan menjadikan “Habis gelap Terbitlah Terang”, salah satunya tentang Umar Bin Khatab Ra. yang pertama kali saya baca ketika SMP, dalam buku 30 kisah teladan. Juga beberapa kisah lainnya…

Pada masa Jahiliyah, Ia pernah Mengubur hidup-hidup anak perempuannya, mengikuti tradisi kaum Arab Jahiliyah. Pada awal Nabi Muhammad menyebarkan Islam pun, ia termasuk salah seorang yang menentangnya. Dan pada suatu hari ketika ia bermaksud membunuh Rasulullah, ia memperoleh kabar bahwa saudari kandungnya telah memeluk agama islam,  dan ketika didatangi, saudaranya yang sedang membaca Al Qur’an (surat Thoha), kemarahannya ia lampiaskan dengan memukul saudaranya tersebut hingga berdarah, namun ia menjadi iba dan memintanya agar dapat melihat bacaan tersebut. Dan Subhanallah, Ia begitu terguncang dengan kandungan Al Qur’an tersebut, hingga akhirnya ia memeluk islam pada hari itu juga. Ia akhirnya menjadi salah seorang Shahabat Rasul, dan salah satu diantara 10 Shahabat rasul yang telah di jamin masuk Surga, Subhanallah. Ia pun menjadi salah seorang Khulafur Rasyidin, Menggantikan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Di masa Kekhalifannya lah, Islam berkembang dengan pesat, bahkan kerajaan Romawi dan Persia ditaklukkan dalam waktu satu tahun.

Kisah Lainnya adalah sepupu Rasulullah, Abu Sufyan Bin Harits, yang bersama putranya Jafar, mendatangi rasulullah untuk memeluk agama Islam, setelah selama 20 tahun memerangi Rasulullah. Keraguannya dengan Agama Nenek Moyang sebetulnya sudah mulai ada saat Perang Badar, pada waktu itu ia melihat kejadian yang mengherankan dirinya, ketika melihat pasukan berpakaian serba putih turun dari langit membantu pasukan Kaum Muslimin. Ia menjadi salah satu Shahabat dekan Rasul, dimana pada saat Perang Hunain, ia termasuk dari delapan orang yang tidak beranjak pergi meninggalkan Rasul ketika Pasukan Muslim tercerai berai, dan tetap memegangi Tali Kekang Kuda Rasul, dengan Harapan Ia bertekad melakukan Jihad Fi Sabilillah.

Ibrahim Bin Adham, salah seorang Sufi ternama. Latar Belakangnya adalah seorang Raja, yang bergelimang harta dan kemewahan. Suatu malam Ia berdialog dengan suara yang didengar dari atap, dan kalimat “Tuan yang Gila, karena mencari Allah di dalam Istana,” membuatnya tersentak dan menjadi gelisah, hingga akhirnya ia memiliki keyakinan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi Ulama yang terkenal Zuhud dan Tawadu.

Momen Transendental, adalah sebuah Hidayah dari Allah, yang datangnya tidak setiap waktu dalam hidup kita. Saya sendiri pernah mengalaminya karena akibat salah pergaulan, hal – hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah senantiasa saya kerjakan, berkelahi & tawuran adalah kesenangan. Rokok, miras, bahkan sampai ganja dan obat terlarang adalah konsumsi hampir setiap hari. Dan kemudian Allah memberikan moment transendental sehingga saya mampu menjauhi semua kemaksiatan – kemaksiatan yang sudah menjadi kebiasaan jahiliyah. Tentu itu semua patut disyukuri dengan berpegang teguh pada tali Agama Allah dan berjuang dijalanNya.kalau dulu dijalan yang salah selalu berani dan tidak ada rasa takut, maka kenapa sekarang berada dijalan yang insya Allah benar harus takut! Seperti halnya Umar Ibnul Khotob.

Saudara sekalian perjalanan kita di Bumi Allah ini hanyalah sementara, bagi Hamba-hambaNya yang Sholeh, tentu menjaga keimanan dan tetap Istiqomah dijalanNYA, adalah sebuah keharusan, dan tidak sedikit pula HambaNya yang masih jauh dari perjalanan kepadaNya, yang bisa saja suatu waktu Allah akan memberikan HidayahNya. Namun tentu saja kita harus pandai-pandai menyikapi Sinyal yang Allah berikan melalui hidayahNya tersebut.

Karena waktu terus bergulir, dia takkan pernah menunggu kita, dan kita akan terus menjadi tua ketika berbuat dosa, namunkita akan tetap muda untuk melakukan tobat kepadaNYA. Jika Momen itu datang kepada kita, maka pikirkanlah bahwa itu adalah kesempatan terakhir bagi kita, mungkin, kita tidak akan pernah menemuinya lagi. Dan Allah adalah Maha Penerima tobat untuk para HambaNYA.
Apakah kita pernah mengalami kejadian yang membuat kita semakin “Klik” dengan Allah ? tentunya jawabannya kita harus introspeksi diri, dan simpan dalam hati masing-masing. Yang terutama, adalah kesadaran kita dalam Mengingat Allah dan Mengingat Kehidupan Akhirat, semakin diperkuat agar di sisa usia kita ini, dalam perjalanan memperoleh RidhoNya, dan memperbanyak Bekal untuk kehidupan Akhirat, tidak lagi terbuang percuma karena kita terlena kehidupan sementara, dan pada akhirnya kita akan kecewa dan menyesal.

Terkadang Usia panjang masanya, tetapi sedikit manfaatnya. Terkadang Usia itu pendek masanya, akan tetapi lebih banyak manfaatnya…(Ibnu Athailah)

Tidak ada komentar: