Senin, 30 April 2012

Mengkalkulasi "Satu" Rahmat Allah

Rahmat per-definisi orang miskin adalah kekayaan. Rahmat bagi orang tertindas adalah kebebasan. Rahmat bagi penguasa adalah langgeng kekuasaan. Rahmat bagi pedagang adalah laris daganganya. Rahmat bagi staf biasa adalah diangkat ke dalam jabatan. Rahmat bagi petani adalah panen melimpah ruah. Dengan arti kata Rahmat adalah mendapatkan sesuatu yang belum dalam genggaman.
Lalu… yang sudah dalam genggaman ?, yang setiap hari dinikmati ?. Apakah itu bukan ramhat ?. Mari kita uji : Silahkan tahan nafas, hitung mulai dari 1 interval 1 detik saja. Berapa hitungan kita mampu bertahan ?. Mungkin langka manusianya yang sampai pada hitungan 60 (1 menit)
Menurut ilmu kesehatan, satu kali pernafasan menghirup udara (kapasitas paru-paru) adalah 0,5 liter dengan kandungan oksigennya 20 % dan rata-rata frekuensi pernafasan 15-18 kali per menit. Kita ambil angka terbawah 15 kali. Denga asumsi harga oksigen di rumah sakit Rp.1000,- perliter, mari kita kalkulasi harga bahan mentahnya.
  • Satu kali pernafasan (0,5 liter) menghirup 0,1 liter oksigen, berarti dalam 1 menit = 1,5 liter.
  • Dalam 1 jam menghirup oksigen : 60 menit x 1,5 liter = 90 liter
  • Dalam 1 hari menghirup oksigen 24 jam x 90 liter = 2.160 liter
  • Dalam 1 tahun menghirup oksigen 365 hari x 2.160 liter = 788.400 liter
  • Jika umur saya saat ini adalah 45 tahun berarti telah menghabiskan oksegen sebanyak 27 tahun x 788.400 liter = 21.286.800 liter
  • Nilai rupiahnya 21.286.800 liter x Rp. 1000 = 21.286.800.000,-
  • Angka yang fantastis 21 MILYAR rupiah

21 milyar lebih sudah saya menghabiskan uang jika saya beli sendiri oksigen untuk pernafasan saya. Itupun harus ditambah dengan biaya transportasi pergi membeli, beli tabung, maintenance peralatan sedot dan segala macam. Belum lagi kalo oksigen menghilang dari pasaran seperti pupuk untuk petani sekarang. Saya mau cari kemana ?. Enam puluh detik saja menahan saya tak mampu. Kalau saya ke kantor harus menenteng tabung oksigen. Kalau saya tidurpun harus bersama tabung. Ke kamar mandipun harus mandi sambil selang oksigen di hidung, kalau tidak begitu saya bisa terkapar di kamar mandi kehabisan oksigen
Selama ini, saya menghirupnya dengan gratis. Allah sebarkan oksigen dimana-mana untuk saya hirup. Dalam tidurpun saya, DIA siapkan oksigen dalam selimut saya. Kemanapun saya pergi disana sudah tersedia oksigen. Saya hirup sesuka hati saya, tanpa saya fikirkan siapa yang punya.
Jika uang 21 Miyar ditagih kepada saya sekarang ?. Jangankan sebayak itu, satu persennya saja uang saya tidak cukup untuk membayarnya. Apakah sudah terfikirkan oleh saya untuk membayar hutang itu ?. Yang saya fikirkan sekarang bagaimana cicilan kredit Bank saya, yang kalau saya tidak angsur, barang saya akan disita.
Itu baru oksigen, bagaimana dengan mata ?. berapa nilai pemandangan yang saya lihat untuk kehidupan saya. Coba saja kalkulasi dengan biaya 1 kali nonton bioskop untk seumur hidup. Tangan ?, kaki ?, telinga ?. Lebih dari itu nikmat kesehatan ?, kalkulasikan dengan biaya rumah sakit, berapa rupiah harus kita keluarkan semalam di ruang bangsal saja. Secanggih apapun kalkulator kita tidak akan mampu lagi menampung digit hutang kita pada Allah. Bukankah itu RahmatNya ?
Mintak dibayarkah DIA ?. Pernahkah collectornya menggedor pintu rumah kita dengan ancaman akan menyita barang kita jika tidak dibayar ? seperti layaknya kita kredit cicilan sesuatu barang.
Dia hanya minta :
La inzakartum la azidannakum wa la in kafartum inna ‘azaabi la syadiid
Memuji namanya saja kita masih malas, memuji sang pacar, atasan, dan jabatan kadang tak kenal waktu. Nauzubillahi tsumma nauzubila. Untuk bersedekah masih menggerutu dalam hati, … enak aja nikmati hasil pencarian saya. Kalo mau uang, usaha dong ! (dalam hati)

Tidak ada komentar: