Jika kita pernah merasakan jatuh cinta, menggabungkan
perasaan Anda dengan perasaan orang lain, maka ketika itu, gabungan cinta akan
berkembang dan berkembang sehingga meluap ke mana-mana. Ini akan menjadikan
hidup kita lebih dari satu hidup. Hal inii serupa dengan ketika kita membaca.
Seorang cendekiawan Mesir, sastrawan,
kritikus sekaligus ulama dan wartawan yang bernama Abbas Mahmud Al-Aqqad
menuliskan bahwa jika kita ingin hidup kita lebih dari satu hidup dapat
dilakukan dengan membaca. Karena tanpa membaca, hidup ini hanya satu. Ide kita
hanya satu, demikian juga dengan perasaan dan imajinasi kita. Tetapi bila hal
itu bertemu dengan ide, perasaan dan
imajinasi yang lain, maka yang lahir bukan hanya dua rasa, dua ide dan dua
imajinasi, tetapi banyak sekali, hingga tak terhitung jumlahnya. Inilah serupa
dengan seorang yang duduk di antara dua cermin. Ia tidak melihat hanya satu
gambar dirinya, tidak hanya dua tetapi banyak sekali, sebanyak pandangannya ke
seluruh cermin itu.
Dengan bermacam
aktivitas dan tuntutan profesi kita, sering kali kita membuat apologii atas ketidaksempatan untuk membaca. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya kita tidak harus menggunakan waktu yang banyak untuk membaca.
Kalau kita membiasakan diri membaca, maka kita dapat membaca sekitar 300
kata—bukan huruf – dalam semenit. Dalam satu bulan kita dapat menyelesaikan
126.000 kata, maka jika rata-rata buku saku itu memuat 6000 kata maka itu
berarti setiap bulannya kita telah membaca dua buku hanya dalam waktu 15 menit
sehari, coba bandingkan dengan waktu kita untuk mengobrol dengan teman atau
membuka facebook!
Sebagai seorang ibu rumah tangga dan seorang pendidik,
tuntutan untuk membaca sangat besar bagi saya pribadi. Seringkali
pertanyaan-pertanyaan kritis muncul dari anak-anak menjadi banyak yang tidak
bisa langsung terjawab. Meski kemauan untuk membaca kadang harus
‘dipaksakan’, seperti pepatah Arab yang mengatakan : tidak dapat memberi
sesuatu, orang yang tidak mempunyai sesuatu. Maka di lingkungan sekolah tempat
saya mengabdi ada program guru membuat resume buku dengan ketebalan minimal 100
halaman. Hal ini menjadikan guru ‘dipaksa’ untuk mau mengagendakan kegiatan
membaca pada aktivitas kesehariannya. Inii adalah sebuah program khusus, tidak
hanya seruan atau anjuran saja, hal ini bertujuan sebagai salah satu cara
meng-up grade kapabilitas seorang pendidik, mengimbangi semangat membaca
anak-anak yang tinggi dan menjadikan membaca menjadi habit seorang pendidik.
Habit membaca ini tentunya tidak hanya di monopoli para
pendidik saja. Tetapi setiap kita ‘diharuskan’ menjadikan membaca menjadi habit
tersendiri, sebagai salah satu langkah kita meneladani Rasul tercinta, Muhammad
saw, karena pertama kali yang diwahyukan kepada beliau adalah Iqra’. bacalah!.
Dan jangan menduga bahwa dengan membaca 24 jam sehari kita dapat
mengikutii perkembangan ilmu pengetahuan, karena kita akan masih
sangat jauh tertinggal.
Maka
membaca! membaca!
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan (QS Al ‘Alaq:1), bekerjalah demii Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu!
Oleh : Nur Yum Saidah, S.Si (pendidik di SDIT Al ‘Ibrah
Gresik).