Rabu, 10 April 2013

Ketika Badai Sedang Menerpa Bahtera Rumah Tangga 1


Bissmillahirrahmanirrahiim

Saudaraku, kita telah diperingatkan
“Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfaal: 73)

Bukan bermaksud curhat tapi sedikit dari tulisan ini saya mau mulai dari cerita tentang keluarga kecil yang saya bangun. Hampir tiga tahun menikah saya dikaruniai Allah dua orang putra yang pertama berusia 20 bulan dan yang kedua 8 bulan, hari hari kami jalani dengan suka cita itu mungkin karena kami menikah  dengan proses islami tanpa pacaran seperti kebanyakan anak muda sekarang, dengan proses ta'aruf yang cukup kilat dan kamipun langsung melaksanakan pernikahan.
Setelah menjadi mahrom kami tafahum (saling memahami), dan ternyata diantara kami jurang perbedaan yang cukup dalam, istri dilahirkan dan dibentuk dari keluarga dan lingkungan yang lembut sedangkan
saya dilahirkan dan dibentuk dari keluarga dan lingkungan yang keras...
Saya yang terbiasa sigap dan cepat dalam mengambil keputusan sedangkan istri yang sangat hati - hati, saya yang biasa tegas dalam menghadapi masalah sedangkan istri yang takut dan khawatir dengan adanya masalah. Namun semua bisa kami selesaikan dalam perjalanan biduk rumah tangga kami dua tahun terakhir.
Dan ketika memasuki tahun ketiga cobaan yang cukup berat pun diberikan Allah kepada kami, yang masing-masing kamipin tahu akan hal itu. karna sering kali saya mentaujihkan bagaikan perjalanan sebuah bahtera,
atau kapal laut ........ maka dari itu, rumah tangga sering disebut sebagai bahtera rumah tangga ........... "dalam pelayaran, sebuah bahtera perlu perbekalan, dan kesiapan mental nakoda dan co-nakoda ...
mula-mula kapal itu melayari perairan pantai, kadangkala perairan yang tenang, hanya ada riak kecil dan keindahan pantulan mentari pagi ........
makin lama, makin siang bahtera makin ke tengah .... dan makin siang itu makin ada angin, kemudian ombak mulai terasa menggoyang ...
ke manakah tujuan bahtera itu ?
tujuannya adalah pulau cinta yang jauh .... dan bila kau sudah pernah berada di atas kapal laut, ya ... seperti itulah kehidupan rumah tangga, tentu bakal dihadang oleh gelombang dan badai ... bila nakoda dan co-nakoda "piawai" mengendalikannya, maka bahtera akan selamat dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan ombak, gelombang dan hujan badai ......... ancaman yang lain adalah gunung es, atau gunung karang yang "tersembunyi" di bawah permukaan air laut .......... sangat bahaya, bila kapal menabraknya,
tak sedikit kapal yang pecah berantakan, tak sedikit rumah tangga yang bercerai berai, tak sedikit pula suami-istri yang datang ke pengadilan saling klaim dan ngotot minta perceraian ............
itulah gambaran kehidupan rumah tangga".
Akan tetapi ombak yang menghantam bahtera kami cukup besar dan beruntun, mulai saya keluar dari pekerjaan dan meminjam uang untuk bisnis, namun ternyata bisnis saya bangkrut karna ditipu dan sebagian tidak membayar padahal hutang saya harus tetap saya lunasi, ditambah anak pertama sakit yang mengharuskan operasi kecil.....
Sebagai seorang wanita dan seorang ibu istri saya lebih sering bersedih akhir-akhir ini, dan sebagai seorang laki-laki sekaligus suami sudah kewajiban saya untuk mendampingi dan menguatkan.
Karna memang Wanita adalah sesosok manusia yang dianugerahi dengan perasaan yang halus. Selembut-lembutnya hati seorang laki-laki masih lembut hati seorang wanita yang paling tegar sekalipun. Betapa hatinya bagaikan gelas-gelas kaca, sekali pecah hancur sampai berkeping-keping. Perasaan seperti itu sangat rentan terhadap kekecewaan dan kesedihan. 
Sehingga yang harus kita pahami bersama bahwa kita tidak boleh berlebihan dan seakan-akan menunjukkan kekecewaan atas Qadha’ dan Qadhar Allah Subhanu Wata’alla ini yang tidak boleh, Allah menguji manusia dengan batas kemampuan masing-masing manusia:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqoroh: 286)

Juga yang perlu kita pahami...

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٥]
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٦]
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 
 Bersambung...

Tidak ada komentar: