Kamis, 20 Januari 2011

Apa Bersyukur harus Menunggu Kaya?


Hampir setiap satu/ dua pekan sekali saya berjalan-jalan di desa Lumpur Gresik yang sebagian besar warganya berprofesi nelayan dan mungkin lebih tepat disebut sebagai kampung nelayan, pada suatu pagi, seorang master bisnis yang sedang berlibur menghampiri kami dan beberapa nelayan yang tengah bercakap-cakap sambil membereskan hasil tangkapannya. Sang master tidak tahan untuk tidak menyapa, "Hai, kenapa kamu selesai bekerja sepagi ini?" "Saya sudah menangkap
cukup banyak ikan Pak," jawab nelayan itu, "cukup untuk dimakan sekeluarga dan masih ada sisa untuk dijual."
"Lalu, setelah ini kamu mau apa?" tanya master itu lagi. Jawab sang nelayan, "Habis ini saya mau makan siang dengan istri dan anak-anak saya, setelah itu tidur siang sebentar, lalu saya akan bermain dengan anak-anak. Setelah makan malam, saya akan ke warung, bersenda gurau sambil bermain gitar bersama teman-teman."
"Dengarkan kawan," ujar sang master, "jika kamu tetap melaut sampai sore, kamu bisa mendapat dua kali lipat hasil tangkapan. Kamu bisa menjual ikan lebih banyak, menyimpan uangnya, dan setelah sembilan bulan kamu akan mampu membeli perahu baru yang lebih besar. Lalu, kamu akan
bisa menangkap ikan empat kali lebih banyak. Coba pikir, berapa banyak uang yang bakal kamu dapat!"
Lanjut master, "Dalam satu dua tahun kamu akan bisa membeli satu kapal lagi, dan kamu bisa menggaji banyak orang. Jika kamu mengikuti konsep bisnis ini, dalam lima tahun kamu akan menjadi juragan armada nelayan yang besar. Coba bayangkan!"
"Kalau sudah sebesar itu, sebaiknya kamu memindah kantormu ke ibu kota. Beberapa tahun kemudian perusahaanmu bisa 'go public', kamu bisa jadi investor mayoritas. Dijamin, kamu akan jadi jutawan besar! Percayalah!
Aku ini guru besar di sekolah bisnis terkenal, aku ini ahlinya hal-hal beginian!"
Dengan takjub, nelayan itu mendengarkan penuturan master yang penuh semangat itu. Ketika master selesai menjelaskan, sang nelayan bertanya, "Tapi Pak master, apa yang bisa saya perbuat dengan uang sebanyak itu?"

Ups! Anehnya sang master belum memikirkan konsep bisnisnya sejauh itu.
Cepat-cepat dia mereka-reka apa yang seseorang bisa lakukan dengan uang sebanyak itu.

"Kawan! Kalau kamu jadi jutawan, kamu bisa pensiun. Ya! Pensiun dini seumur hidup! Kamu bisa membeli villa mungil di desa pantai yang indah seperti ini, dan membeli sebuah perahu untuk berwisata laut pada pagi hari. Kamu bisa makan bersama keluargamu setiap hari, bersantai-santai
tanpa khawatir apa pun. Kamu punya banyak waktu bersama anak-anakmu, dan setelah makan malam kamu bisa main gitar dengan teman-temanmu di warung. Yeaaa, dengan uang sebanyak itu, kamu bisa pensiun dan hidupmu jadi mudah!

"Tapi, Pak master, kan sekarangpun ini saya sudah bisa begitu...," lirih sang nelayan dengan lugunya.

Pesan Moral : Kenapa kita percaya bahwa kita harus bekerja begitu keras dan menjadi
kaya raya terlebih dahulu, baru kita bisa merasa berkecukupan? Apakah ada "tujuan yang lebih mulia" dari apa yang Anda lakoni saat ini? Apakah itu benar tujuan mulia atau sekadar dalih rasa takut untuk menjadi apa adanya? Untuk merasa berkecukupan, apa sekarang ini tidak bisa?


"NIKMATILAH HIDUP INI APAPUN ADANYA, kita wajib selalu BERSYUKUR KARENA NIKMAT DAN KARUNIA ALLAH"..

Tidak ada komentar: