Rabu, 19 Januari 2011

Pada Dasarnya Kita Hanyalah Hambah


Sering kali kita berkata,
ketika orang memuji milik kita,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobil kita hanya titipan Nya,
bahwa rumah kita hanya titipan Nya,
bahwa harta kita hanya titipan Nya,
bahwa putra kita hanya titipan Nya,
tetapi,
mengapa kita tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan pada kita?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada kita?
Dan kalau bukan milik kita,
apa yang harus kita lakukan untuk milik Nya ini?
Adakah kita memiliki hak atas sesuatu yang bukan milik kita?
Mengapa hati kita justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kita sebut itu sebagai musibah,
kita sebut itu sebagai ujian,
kita sebut itu sebagai petaka,
kita sebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika kita berdoa,
kita minta titipan yang cocok dengan hawa nafsu kita,
kita ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
Dan kita tolak sakit,
kita tolak kemiskinan,
Seolah …
semua “derita” adalah hukuman bagi kita.
Seolah …
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
kita rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dari kita,
dan Nikmat dunia kerap menghampiri kita.
Kita perlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kita minta Dia membalas “perlakuan baik kita”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginan kita,
Rabb,
padahal tiap hari kita ucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah kepadaMu Ya Rabb…

Tidak ada komentar: