Senin, 30 November 2009

Qurban, Hikma dan Sejarahnya!

 Qurban wajib bagi orang yang mampu atau berkemampuan tetapi apabila tidak 
melaksanakannya, Nabi Muhammad saw mengingatkan :
"Barang siapa yang sudah mampu dan mempunyai kesanggupan tapi tidak berqurban, 
maka dia jangan dekat-dekat ke mushala-ku." Hadis tersebut merupakan sindiran 
bagi orang-orang yang mampu dan banyak harta tetapi tidak mau berqurban.
   
  Sejarah qurban dibagi kepada tiga, yaitu: zaman Nabi Adam As; zaman Nabi 
Ibrahim As; dan pada zaman Nabi Muhammad saw. 
   
  Zaman Nabi Adam As
  Ketika zaman Nabi Adam As, qurban dilaksanakan oleh putra-putranya yang 
bernama Qabil dan Habil. Kekayaan yang dimiliki oleh Qabil mewakili kelompok 
petani, sedang Habil mewakili kelompok penternak. Saat itu sudah mulai ada 
perintah, siapa yang memiliki harta banyak maka sebahagian hartanya dikeluarkan 
untuk qurban. 
  Sebagai petani si Qabil mengeluarkan qurbannya dari hasil pertaniannya dan 
sebagai peternak si Habil mengeluarkan haiwan-haiwan peliharaanya untuk qurban. 
Diterangkan dalam sejarah, harta yang diqurbankan itu disimpan di suatu tempat 
yaitu di Padang Arafah.
  Qabil dan Habil mempunyai sifat yang berbeza. Si Habil mengeluarkan haiwan 
yang diqurbankan dengan tulus ikhlas yang mana haiwan yang dipilih gemuk dan 
sihat. Manakala siQabil, memilih buah-buahan yang busuk. Ketika keduanya 
melaksanakan qurban, ternyata yang habis adalah qurban yang dikeluarkan oleh si 
Habil sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh, tidak 
berkurang. 
  Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur?an surat Al-Maidah ayat 27 : 
"Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang 
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah 
seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), 
Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya 
menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". 
  Qurban si Habil di terima Allah SWT kerana dia mengeluarkan sebagian hartanya 
yang bagus-bagus dan dikeluarkan dengan tulus dan ikhlas. Sementara si Qabil 
mengeluarkan sebagian harta yang tidak baik dan secara terpaksa. 
   
  Zaman Nabi Ibrahim As
  Ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun beliau belum juga dikurnia putra oleh 
Allah dan beliau selalu berdo?a: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang 
anak yang saleh" Kemudian dari isterinya yang kedua yakni Siti Hajar yang 
dinikahinya ketika Nabi Ibrahim mengadakan silaturahmi ke Mesir (setiap 
kedatangan pembesar diberi hadiah seorang isteri yang cantik oleh pembesar 
Mesir).Dari Siti Hajar lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Islam, 
ia lahir di tengah-tengah padang pasir yang mudian dikenali sebagai Mekkah. 
Pada saat Nabi Ibrahim diberi petunjuk oleh Allah agar meninggalkan isterinya 
Siti Hajar dengan seorang putranya, Ismail. Beliau meninggalkan beberapa potong 
roti dan sebuah guci berisi air untuk Siti Hajar dan Ismail. Pada waktu Siti 
Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat disebelah timur ada air yang 
ternyata adalah fatamorgana yaitu di Bukit Sofa. Di situ Ismail ditinggalkan 
dan Siti Hajar naik Ke Bukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh
 kali, tapi tidak juga mendapatkan air sampai ai kembali ke Bukit Marwah yang 
terakhir. 
  Ismail yang kehausan menendang-nendang tanah yang tiba-tiba keluar air dari 
dalam tanah. Siti Hajar berlari kebawah sambil berteriak kegirangan 
:"zami-zami?" itulah kemudian tempat itu dinamakan Perigi Zam-zam. 
  Nabi Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim yang berada di Yerusalem sampai 
Nabi Ismail menjelang remaja. Kemudian di Yerusalem ternyata Siti Sarah hamil 
melahirkan seorang putra yang diberi nama Iskhak. Nabi Ibrahim diperintahkan 
lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah untuk menengok istri dan anaknya yang 
pertama yaitu Nabi Ismail, yang rupanya sudah mulai besar. 
  Dalam suatu riwayat kira-kira berusia 6-7 tahun. Sejak dilahirkan sampai 
besar itu Nabi Ismail menjadi kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian 
kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash Shaffaat : 102 : "Maka 
tatkala sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim 
berkata : Hai anakku aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka 
fikirkanlah apa pendapatmu " Ia menjawab: "hai bapakku kerjakanlah apa yang 
diperintahkan kepadamu, Insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang 
yang sabar". 
  Asbabun Nujul atau latar belakang sejarahnya ketika nabi Ibrahim bermimpi 
(ru?yal Haq). Dalam impiannya ia mendapat perintah dari Allah supaya 
menyembelih putranya Nabi Ismail dan sampai di Mina beliau menginap, beliau 
mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah malamnya di Mina, masih 
bermimpi yang sama juga. Ibrahim kemudian mengajak putranya Nabi Ismail, 
kira-kira antara ratusan meter dari tempat tinggalnya (Mina), baru lebih kurang 
70-80 meter berjalan, syaitan menggoda isterinyanya Siti Hajar: "Ya Hajar! 
Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail ?". 
Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: "Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau 
dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT, 
ditempat itulah dimana pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah bagi jemaah haji 
disuruh melempar batu dengan membaca : Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut 
mengandung arti bahwa kita melempar syaitan atau sifat-sifat syaitan yang ada 
di dalam diri kita. 
  Akhirnya tibalah mereka di Jabal Qurban kira-kira 200 meter dari tempat 
tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana di firmankan oleh Allah 
didalam surat ASH-Shaffaat ayat 103-107: "Tatkala keduanya telah berserah diri 
dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran 
keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami 
memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini benar-benar 
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang 
besar ". 
   
  Zaman Nabi Muhammad saw
  Masalah qurban diceritakan kembali yaitu di dalam surat Al-Kautsar ayat 1-3 
"Se-sungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka 
dirikanlah solat kerana Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang 
yang membenci kamu dialah yang terputus". Berbicara tentang kenikmatan, Allah 
mengingatkan: "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tiadalah dapat kamu 
menhitungnya" (QS:Ibrahim: 34).



Tidak ada komentar: